Selasa, 20 Desember 2011

Buku BAM Versi Tanahdatar Dibedah



Batusangkar, Padek—Buku Budaya Alam Minangkabau versi Kabupaten Tanahdatar karya enam orang penulis dibedah LKAAM Sumatera Barat dan LKAAM Tanahdatar serta guru yang mengajar Budaya Alam Minangkabau (BAM) se-Kabupaten Tanahdatar.

Kegiatan tersebut diprakasai Dewan Pendidikan Kabupaten Tanahdatar dan dibuka Bupati Tanahdatar diwakili Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tanahdatar Alfian Jamrah di Kantor Dewan Pendidikan, Batusangkar.

Keenam penulis buku budaya alam Minangkabau versi Tanahdatar masing-masing Afif Zamzami Dt Bandaro Putiah, Marjohan, Dwiwarman, Arius Yasir, Alfahri, Amir Syarifudin Dt Mangkudun Sati. Buku tersebut untuk siswa SD dari kelas III sampai kelas VI SD, dan versi untuk siswa SLTP dan SLTA

Ketua LKAAM Tanahdatar diwakili Sekretaris LKAAM Tanahdatar Ismar M Dt Majo Putiah menyampaikan aspresiasinya kepada penulis buku BAM versi Tanahdatar. ”Ini suatu langkah maju, apalagi saat ini mata pelajaran BAM sudah masuk kurikulum sekolah.
Dengan adanya pelajaran BAM yang diberikan guru-guru di sekolah, maka diharapkan mampu membangun karakter secara dini anak-anak didik kita. Apalagi sebagai daerah yang terkenal sebagai pusat adat minangkabau di Sumatera Barat harus menjadi contoh dan tauladan,” katanya.

Karena itu terobosan penulis dari Tanahdatar bisa dijadikan bahan masukan dari pemerintah tanahdatar bahkan bila perlu tulisan ini menjadi bahan pegangan dari para siswa yang berlajar BAM Nantinya sehingga sistim pengajaran melalui budaya alam minangkabau bisa dicerna oleh anak didik.

Alfian Jamrah mengatakan, ini merupakan karya besar dan sangat bermamfaat untuk anak kita baik di tingkat SD sampai SLTA. ”Walaupun ini versi Tanahdatar, tidak ada salahnya ini dijadikan bahan pegangan bagi guru BAM di Sumatera Barat nantinya. Kita tentu juga mengharapkan dukungan LKAAM Sumatera Barat,” harapnya.

Salah seorang penulis, Marjohan menyebutkan pihaknya menulis buku itu karena belum banyak buku BAM yang beredar di kalangan masyarakat. ”Kalaupun ada, hanya satu atau dua buah buku yang ditulis segelintir pengarang. Lagipula buku BAM yang beredar, tidak pernah direvisi dan pembaharuan sesuai perkembangan zaman,” jelasnya. (jn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar