Kamis, 31 Januari 2013

Pasien Bibir Sumbing Operasi Gratis

Batusangkar, Padek—Se¬ba¬nyak 32 orang penderita sumbing yang berasal dari Tanahdatar, Agam dan Sijunjung di operasi di RSU M Hanafiah Batusangkar yang dilaksanakan oleh tim dok¬ter bedah dari RS Sadikin Ban¬dung. “Operasi ini kerjasama Or¬ga¬ni¬sasi Indo Jalito peduli dengan Yayasan Pembina Penderita Bibir Sumbing Bandung di bawah Koordinator ahli Bedah Prof Dr Sunardi,” ujar wakil Perantau Tanahdatar Nelson Darwis SH didampingi Koordinator Pen¬derita Bibir Sumbing Indo Jalito Ananta Tria Yunus kemarin. Para penderita bibir sumbing itu berasal dari Tanahdatar se¬banyak 24 Orang, Agam 6 orang dan Sijunjuang sebanyak 2 orang. Sementara kepada keluarga dan anak-anak operasi sumbing ter¬sebut tidak dikenakan biaya, malah para orang tua dan anak diberi biaya tranportasi. Se-dang¬kan untuk operasi bibir sumbing mendatangkan 19 orang dokter bedah yang berasal dari RSU Hasan Sadikin Bandung, RSU Medan, Pekanbaru dan dari RSU M Hanafiah Batusangkar. Bupati Tanahdatar Shadiq Pasadigoe menyampaikan aspre¬siasinya kepada organisasi Indo Jalito yang selama ini telah ba¬nyak memberikan bantuan kepa¬da masyarakat melalui kegiatan peduli kampung halamannya. Kegiatan yang dilakukan itu sangat membantu pemerintah daerah apalagi di tengah ter¬batasnya dana yang dimiliki Pemkab Tanahdatar.(mal)

Baca Selengkapnya..

Kemenkominfo Berikan Beasiswa

Batusangkar, Padek—Ke¬men¬terian Kominfo RI setiap tahun memberikan bea siswa bagi kala¬ngan PNS diberbagai Perguruan Tinggi di Indonesia termasuk keluar Negeri terutama dalam bidang pengembangan IT di samping kerjasama dengan TTC Jepang. Hal itu diungkapkan Kepala Badan Litbang Kementerian Kominfo, Azirman Jusan waktu membuka Workshop aplikasi Teknologi Informasi dan Ko¬mu¬nikasi bagi pimpinan Dishub¬ko-minfo se Sumatera Barat dan serta SKPD se Kabupaten Ta¬nah¬datar, Selasa (22/1) di Pa¬ga-ruyung, Aula Kantor Bupati Ta¬nah¬datar. Workshop ini juga di¬hadiri Tim ITC Jepang dan te-na¬ga TI dari Philipina dan Thailand. Untuk tahun ini, ujar Azirman Jusan, bea siswa tersebut di¬be¬rikan untuk pendidikan bea siswa S 2 kepada 300 orang dan me¬reka yang diberikan bea siswa ter¬sebut belajar diberbagai Per-gu¬ruan Tinggi Indonesia yang me¬ngem¬bangkan Teknologi Infor¬ma¬si seperti Unitas, UGM, ITB dan juga Unand. Untuk keluar Negeri diberikan sebanyak 60 orang dan diantaranya ke Australia dan berapa negara lainnya karena saat ini, kebutuhan infor¬ma¬si tidak bisa dielakan dan kita harus tetap berusaha me¬ning¬kat¬kan teknologi Informasi dan jika tidak kita akan tertinggal dengan Ne¬gara lain. “Begitu pentingnya informasi itu saat, ini, kita melihat ba¬gai¬mana kecendrungan masyarakat kita dalam mempergunakan in¬ter¬net dan mempergunakan HP, bahkan waktu baru bangun tidur saja, yang mereka cari dan me¬reka kejar apa informasi terbaru dan apa SMS yang masuk dan informasi apa yang ingin mereka butuhkan sudah bisa mereka dapatkan,” ujarnya. Sehingga atas dasar itu pu¬la¬lah Kementerian Kominfo me¬ra¬sa sangat berkepentingan dalam pengembangan informasi ter¬se¬but dan salah satu diantaranya Kementerian Kominfo telah me-la¬kukan kerjasama dan men¬da¬pat bantuan dari APT dan TTC berupa Hibah bersama sejumlah negara lainnya dalam bentuk kerjasama dibidang Teknologi In¬formasi. Dan kita telah mem¬pe¬roleh bantuan kerjasama Tek¬no¬logi Informasi sebanyak 3 kali yang diujicobakan dan telah berhasil dalam penerapannya di Kalimantan Tengah, Palang¬kar¬ya dan Kabupaten Tanah Datar dan hasilnya telah kita rasakan saat ini. Sementara itu Bupati Tanah¬da¬tar M Shadiq Pasadigoe me¬nyam¬paikan mengakui bahwa Tek-nologi Informasi dan Ko¬mu¬nikasi memiliki peranan stra¬tegis dalam menunjang segala as-pek dan bidang kehidupan. Di Tanahdatar sejak 2009 sampai tahun 2012 telah mendapat ke-per¬cayaan dari Kementerian Ko¬minfo RI dan TTC Jepang un¬tuk mendapatkan bantuan ja-ringan Fiber optic dari TTC Jepang. Sampai saat ini telah terhubung sebanyak 15 lokasi terhubung dalam jaringan fiber dan 9 lokasi terhubung. (mal)

Baca Selengkapnya..

Uang Zaman PDRI Itu, Dicetak di Halaban dan Ampalu

Dua warga Sumbar, bertahun-tahun mengoleksi uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera. Klise uang itu dibuat oleh warga Sungayang, Kabupaten Tanahdatar, saat Mr Syafruddin Prawiranegara memimpin PDRI di Halaban dan Ampalu, Kabupaten Limapuluh Kota, setelah Presiden Soekarno, Wapres Muhammad Hata, Menlu Agus Salim, dan mantan Wakil Perdana Menteri Sutan Syahrir, ditawan Belanda ke Pulau Bangka tahun 1948. Seperti apa uang tersebut? LANGKAH Radianis, 58, tergo¬poh-gopoh saat berjalan kaki di kawa¬san Lobuahlintang, Nagari Ampalu, Ke¬camatan Lareh Sago Halaban, Ka¬bu¬paten Limapuluh Kota, Provinsi Su-matera Barat, Rabu (16/1) siang. Pe¬rempuan Minang bersuku Bodi itu da¬¬tang ke Nagari Ampalu yang berba¬ta¬s¬an langsung dengan Provinsi Riau, un¬tuk melihat pendirian Surau Mr Syaf¬ruddin Prawiranegara. Setiba di lokasi pendirian surau yang berada persis di pinggir sawah, ti¬dak jauh dari perkampungan pendu¬duk, Radianis memilih duduk di atas po¬¬tongan pohon kelapa. Potongan po¬hon kelapa itu dijadikan panitia pen¬di¬rian surau Mr Syafruddin Pra¬wira¬ne¬gara, sebagai ’bangku darurat’ untuk pa¬ra tamu maupun undangan yang ha¬dir dari berbagai daerah di Sumatera Barat. Radianis sendiri datang dari Nagari Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota yang berjarak sekitar 6 km dari Nagari Ampalu dan sekitar 30 km dari Kota Payakumbuh. Radianis berangkat ke Nagari Ampalu dengan menaiki sepeda motor yang dikendarai suaminya di atas jalan berlobang, penuh dengan tanjakan dan kurang mendapat perawatan dari pemerintah daerah. Setelah beristirahat sekitar 15 menit, Radianis yang mengenakan hijab panjang berwarna merah jambu, mengeluarkan 3 lembar mata uang dari dalam tasnya. Begitu ketiga lembar mata uang tersebut dikeluarkan Radianis, sejumlah mata yang duduk di sampingnya, langsung melirik. “Apa itu, Nak?” tanya Haji Khairuddin, 81, saksi mata Peristiwa Situjuah 15 Januari 1949. “Ini pak, uang zaman Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), peninggalan suami pertama saya,” kata Radianis sambil memperlihatkan 3 lembar mata uang. Dari ketiga lembar uang itu, satu berwarna merah, satu berwarna hijau, dan satu lagi berwarna sedikit dongker atau hijau pekat. Ketiga lembar uang itu terlihat sangat buram. Uang berwarna merah, bahkan sudah lusuh dan terkoyak-koyak. Pada bagian depannya, tertulis “LIMA PULUH RUPIAH”. Di samping kanannya, tertera tanda tangan Gubernur Sumatera, bertanggal 1 April 1948. Sedangkan di tengah-tengahnya, ada angka 50 yang ditulis besar-besar, dengan latar-belakang gambar menyerupai wayang dan bangunan. Sedangkan uang berwarna hijau, pada bagian depannya, bertuliskan “REPUBLIK INDONESIA PROPINSI SUMATERA” bernilai “DUA PULUH LIMA RUPIAH”. Pada uang tersebut, tertera tanggal 17 Januari 1940. Sedangkan di tengah-tengahnya, ada tulisan “Diterima sebagai pembajaran oleh segala Bank Negara Indoesia dari Kas Negara diseluruh Sum, untuk ditukar dgn mata uang R.I sesudah rasmi dikeluarkan di Sumatera”. Adapun pada uang berwarna sedikit dongker atau hijau pekan, tertera kalimat “TANDA PEMBAYARAN JANG SAH LIMA RUPIAH”. Uang ini dikeluarkan di Bukittinggi, 1 Januari 1948. Dari lembaran depannya, terlihat gambar matahari di balik gunung dan pohon kelapa. Sedangkan di lembaran belakangnya, tertera tulisan “Tanda pembajaran ini dianggap sah sebagai uang kertas seperti tersebut dalam pasal IX sampai XII dari Undang-Undang Presiden No.1 th.1946 tentang peraturan hukum pidana”. Tidak lama setelah Radianis memperlihatkan ketiga lembar uang tersebut kepada Haji Khairuddin dan sejumlah orang yang berada di sampingnya, uang tersebut langsung berpindah ke tangan Ujang, tokoh masyarakat Nagari Halaban yang ikut hadir di Nagari Ampalu. Ujang Hadir bersama Wali Nagari Halaban Hamdan, Wali Nagari Tanjuanggadang Rilson dan sejumlah pemuka masyarakat Kecamatan Lareh Sago Halaban. Oleh Ujang yang mengenakan baju warna orange, uang itu dipamerkan kepada tamu dan undangan lain. Kontan saja, suasana menjelang peletakan batu pertama, tanda dimulainya pembangunan surau Mr Syafruddin Prawiranegara, menjadi lebih berwarna. “Tengoklah, ada uang zaman PDRI,” kata Eka Kurniawan Sago Indra, pentolan Serikat Petani Indonesia Sumatera Barat yang datang bersama Ombak Zal dari Pangkalan. Menurut Radianis yang ditemui Padang Ekspres selepas acara pendirian surau Mr Syafruddin Prawiranegara, Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera (URIPS) pecahan 50 Rupiah, 25 Rupiah dan 5 Rupiah, merupakan peninggalan suami pertamanya Bachtiar Ismail. “Ini peninggalan suami pertama yang menikahi saya. Beliau, menikahi saya, saat saya masih berusia 15 tahun,” kenang Radianis, dengan nada bergetar. Menurut Radianis, suami pertamanya bernama Bachtiar Ismail, berasal dari Kampung Sawah Parik, Desa Balai Di Ateh, Sungayang, Batusangkar, Kabupaten Tanahdatar. Dia dulunya, berteman akrab dengan bapak Radianis bernama Tarusan. “Mereka, dulu sama-sama pernah berdagang ke berbagai kampung. Oleh bapak saya Tarusan, kami dinikahkan. Pernikahan itu direstui ibu saya yang bernama Radusan,” cerita Radianis. Dari pernikahan tersebut, Radianis dan Bachtiar Ismail tidak dikaruniai anak. Tapi dari istri pertamanya, Bachtiar dikarunia 2 orang anak. “Suami pertama saya itu dulu pernah tinggal di Sungaimanggih, Jorong Padangaua, Nagari Ampalu, tepatnya di rumah suami-istri Razis Dt Sutan Simarajo dan Siti Mala. Kini, anak pasangan suami-istri tersebut, malah menjadi suami saya,” ucap Radianis, sambil tersenyum. Radianis menuturkan, sebelum menutup mata sekitar tahun 2000, Bachtiar Ismail sering bercerita tentang peranan dirinya sebagai pembuat klise mata Uang Republik Indonesia Serikat. “Sebagai pembuat klise, suami pertama saya pernah mendapat penghargaan dari Menteri Keuangan Ma’rie Muhamad tahun 1996 atas pengabdian terhadap negara dan pemerintah, khususnya dalam bidang pencetakan ORI tahun 1945-1950,” kata Radianis. Sayang, tidak banyak cerita yang dikorek Radianis dari Bachtiar Ismail soal proses pembuatan Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera yang diakui Bank Indonesia tersebut. “Mendiang Bahciar Ismail hanya mengatakan kepada saya bahwa pada zaman Jepang, dia bekerja di Padang Nipo, semacam studio foto yang ada di Padang. Gurunya orang Jepang bernama Sano, sangat sayang kepada dirinya. Adapun ilmu membuat klise, didapatnya saat berguru dengan orang Jepang tersebut,” kata Radianis. Sewaktu PDRI 1948-1949 diproklamirkan di Sumatera Tengah untuk menyelamatkan Republik Indonesia dari cengkaraman Agresi II Belanda, menurut Radianis, suami pertamanya yang sudah menjadi tentara, dipercaya Ketua PDRI Mr Syafruddin Prawiranegara untuk membuat klise uang. Awalnya, uang dibuat di Surau Pak Yaya, kawasan Tadah, Nagari Halaban. Karena situasi keamanan, Pemerintahan Darurat Republik Indonesia pimpinan Mr Syafruddin Prawiranegara, diungsikan dari Nagari Halaban ke Nagari Ampalu. “Di nagari inilah, suami saya kembali mencetak uang. Tapi, saya tidak tahu persis di mana tempatnya. Mungkin masyarakat Nagari Ampalu yang berusia di atas 80 tahun, banyak yang tahu,” sebut Radianis. Soal keberadaan peralatan yang digunakan Bachtiar untuk percetakan URIPS, Radianias juga tidak tahu mengetahuinya. “Kata suami saya, alat mencetak uang itu selalu dibawa sepanjang perjalanan PDRI dari rimba ke rimba. Jadi, saya tidak tahu pasti. Yang jelas, setelah suami pertama saya itu meninggal, saya menyimpan 3 lembar uang hasil cetakannya,” ucap Radianis. Jika sewaktu-waktu uang yang dikoleksinya itu “dipinjam” oleh pemerintah, untuk keperluan yang bermanfaat bagi penelitian, penulisan maupun pelurusan sejarah PDRI, Radianis bersedia meminjamkannya. “Tapi kalau untuk dijual, saya terus terang saja, belum mau. Sebab, ketiga lembar uang ini adalah warisan,” ucap Radianis. Selain Radianis, ada pula seorang lagi warga Nagari Ampalu, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota yang mengoleksi URIPS. Warga tersebut bernama Datuak Patiah. Dia tinggal di kawasan Manggunai Tinggi. Uang yang ada di tangan Datuak Patiah adalah uang pecahan Rp 10. Uang tersebut bertanggal 17 Januari 1948. Warnanya biru tua, dasarnya jingga. “Uang ini bergambar Tuanku Imam Bonjol dan Rumah Gadang,” kata Datuak Patiah kepada Padang Ekspres. Kabarnya, uang yang hanya berlaku di Sumatera Tengah itu, dulunya dicetak setelah dipesan oleh Residen Sumatera Barat Mr Sutan Muhammad Rasyid. Selain punya beberapa lembar uang pecahan Rp 10 yang merupakan warisan dari ayah kandungnya, Datuak Patiah memiliki paper atau kertas uang tersebut. “Ini saya berikan separuh buat diteliti ataupun apalah namanya,” kata Datuak Patiah kepada Yudilfan Habib, aktivis LSM yang datang ke Nagari Ampalu. Sebelumnya, Datuak Patiah pernah menyerahkan URIPS pecahan Rp 10 kepada anggota anggota DPD RI Am Fatwa dan dua putra-putri Mr Syafruddin Prawiranegara yang berkunjung ke Payakumbuh, untuk menghadiri acara penyerahan PDRI Award dari YPP PDRI 1948-1949, sekitar Desember 2012 silam. Menurut mantan Pemimpin Bank Indonesia Medan Iramady Irdja, dalam sejarah uang di Indonesia, selain dikenal Oeang Repoeblik Indonesia (ORI), juga dikenal apa yang disebut dengan Oeang Repoeblik Indonesia Daerah (Orida). “Nah, Orida ini dikeluarkan oleh pemerintah daerah tingkat provinsi, karesidenan dan kabupaten. Ini terjadi semasa perang kemerdekaan pada 1947 sampai 1949,” kata Iramady, secara terpisah. Putra Payakumbuh yang sedang rajin meneliti mata uang zaman PDRI itu mengatakan, Orida terbit atas izin Pemerintah Republik Indonesia guna mengatasi persoalan kekurangan uang tunai di daerah, akibat terputusnya komunikasi normal antara pusat dan daerah. “Waktu terjadi agresi militer pertama Belanda 21 Juli 1947 dan agresi militer kedua Belanda pada 19 Desember 1948, komunikasi pusat dan daerah terputus. Peredaran mata uang sangat sulit. Makanya, pemerintah pusat memberi wewenang kepada daerah, untuk menerbitkan Orida,” kata Iramady Irdja yang kini bermukim di Yogyakarta. Menurut catatan Bank Indonesia, sebut Iramady, Orida pertama dibuat di Pulau Jawa adalah “Uang Kertas Darurat Untuk Daerah Banten”. Emisi pertama uang kertas ini tertanggal 12 Desember 1947. Dasar hukumnya adalah Instruksi Pemerintah Pusat RI kepada Residen Banten Kiai Haji Achmad Chatib, untuk mencetak dan menerbitkan uang daerah yang berlaku sementara. “Sedangkan di Sumatera, Urida pertama adalah URIPS (Uang Republik Indonesia Propinsi Sumatera). Emisi pertama Urips tertanggal 11 April 1947, berdasarkan maklumat Gubernur Sumatera Mr. Tengku Moehammad Hasan No. 92/K.O., tertanggal 8 April 1947. Pencetakan URIPS itu semula ada di Pematang Siantar, Sumatera Utara, tapi karena ada Agresi, dipindahkan ke Bukittinggi,” ujar Irmady Irdja. Bukan hanya menyimpan beberapa lembar URIPS, Datuak Patiah dari Nagari Ampalu juga mengoleksi surat dari Ketua PDRI Mr Syafruddin Prawiranegara. Surat tersebut ditujukan buat warga Nagari Ampalu bernama Muhammad Zein. Dalam surat itu, terungkap kerinduan-kerinduan Mr Sutan Prawiranegara, terhadap keelokan alam Ampalu dan keramahan masyarakat setempat. Menurut pengurus Yayasan Peduli Perjuangan PDRI 1948-1949 Ben Yuza dan Ferizal Ridwan, masyarakat di Sumbar memang masih banyak yang menyimpan bukti-bukti sejarah PDRI, termasuk uang dan surat-surat pernting. “Bahkan, ada satu lagi warga kita yang mengaku, punya mesin bekas mencetak uang PDRI. Sekarang, ia sedang tidak di kampung. Kalau nanti pulang, kita ke sana,” kata Ferizal Ridwan. (***)

Baca Selengkapnya..

Selasa, 15 Januari 2013

ROMBONGAN STUDI BANDING SMP 5 BATUSANGKAR TEMUI WAMENDIKNAS RI DI JAKARTA

Hari ke delapan perjalanan Studi banding guru SMPN 5 Batusangkar dalam rangka menambah pengetahuan dan wawasan guru untuk pengembangan dan peningkatan kualitas sekolah, senin (7/1-2013) kemaren diterima Wakil Menteri Pendidikan RI, Musliar Kasim di kantor Kementerian Diknas Jakarta. Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, MS, putra Padang Ganting, yang mendapat kepercayaan dari Presiden RI menjabat sebagai Wamendiknas RI ini menyambut hangat kehadiran 23 guru, pegawai dan Komite SMP 5 Batusangkar yang dipimpin lansung Kepsek, Asrul dan Wakil Komite, H. Syafri. Walau ditengah-tengah kesibukannya Wamendiknas yang sedang menggodok program kurikulum 2013 yang direncanakan efektif akan dimulai juli 2013 mendatang itu. Dalam laporannya kepada Wamendiknas, Kepala SMPN 5, Asrul menjelaskan tujuan kunjungannya ke pulau Jawa dengan sasaran sekolah unggulan untuk perbandingan sebagai tolak ukur meningkatkan kualitas pendidikan di SMP 5 Batusangkar, di sini tim akan mencari program unggulan setiap sekolah yang dikunjungi, yang belum dimiliki SMP 5 Batusangkar untuk bisa disesuaikan dan dilaksanakan di Batusangkar. Keinginan seluruh guru dan pegawai yang didukung sepenuhnya oleh Komite sekolah untuk memajukan kualitas sekolah di SMPN 5 Batusangkar sangat tinggi, menjadi sekolah yang unggul setara dengan sekolah terkemuka di pulau jawa, walau dengan jalan darat, yang jelas kami bisa belajar kesini, ungkap Asrul. Dari bidang kualitas kemampuan siswa asal 5 SMP Kabupaten Tanah Datar tidak ketinggalan dari sekolah lain, dapat dibuktikan dengan hampir setiap tahun siswa utusan SMPN 5 Batusangkar masuk final bahkan memperoleh juara diberbagai lomba olympiade tingkat nasional dan internasional, permasalahan yang sangat mendesak adalah dari fasilitas dimana SMP Batusangkar memerlukan gedung dan asrama yang prsesntatif yang belum dimiliki. Wamendiknas dalam pertemuan khusus dengan rombongan SMPN 5 Batusangkar diruang pertemuan Wamendiknas tersebut menyatakan salut dan bangga terhadap upaya dan usaha pelaku pendidikan SMPN 5 Batusangkar yang mampu sampai di Jakarta, yang pada prinsipnya untuk meningkatkan kualitas sekolah. “Semangat seperti inilah yang perlu dimiliki oleh para pihak sekolah untuk memajukan guru dan sekolahnya” dengan menggunakan kendaraan darat selama 10 hari perjalanan untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan demi untuk meningkatkan kualitas sekolah” merupakan upaya yang sangat dipujikan. Ungkap Prof. Musliar. Menurut Wamen, apa yang dicari dan yang telah diperoleh dari kungjungan studi banding para guru dan komite SMPN 5 Batusangkar selama di Jakarta dan bandung selama ini hendaknya benar-benar bermanfaat dan dapat dikembangkan di Batusangkar, harapnya. Akan tetapi, menurutnya lagi, apa yang diperoleh di pulau jawa ini, dalam penerapan di SMPN 5 Batusangkar hendaknya harus dengan trik tersendiri, jangan sama pula dengan apa yang dilakukan oleh sekolah yang sudah dikunjungi itu, tetapi tampil beda, agar bisa lebih maju., “ibarat dua kereta api berjalan diatas rel yang sama dimana kereta api dibelakang tidak akan bisa mendahului kereta yang didepan, makanya kita gunakan rel yang lain agar kita bisa mendahului kereta yang telah mendahului kita” jelas Profesor Mengilustrasikannya. Untuk bisa tampil beda dengan trik tersendiri memerlukan kreatifitas, kreatifitas membuat orang bisa tampil beda untuk mencapai kemajuan. Menyangkut harapan para guru, agar SMPN 5 Batusangkar bisa mendapatkan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhannya itu, para guru dan pegawai beserta Kepala sekolah dan Komite harus gigih berjuang untuk mendapatkannya, meskipun fasilitas tidak menjamin sekolah mencapai kualitas terbaik, akan tetapi dengan fesilitas akan dapat memberi dukungan untuk mencapainya, imbuh Musliar Kasim. Rombongan Studi banding SMPN 5 Batusangkar, sebelunya telah mengunjungi sekolah bertaraf Internasional, Labschool Kebayoran Jakarta, salah satu sekolah terbaik di Indonesia, memiliki 1200 siswa SMP dan SMA yang orang tuanya memiliki kemampuan intelaktual dan donator, tidak memiliki Komite sekolah tetapi ada Badan Pengelola sekolah. (Humas/Veri)

Baca Selengkapnya..

Kamis, 10 Januari 2013

WARGA TANJUNG EMAS GORO

BERSIHKAN MATERIAL LONGSOR BATUSANGKAR, HALUAN — Tidak kurang dari 600 orang warga Kecamatan Tanjung Emas melak¬sanakan gotong ro¬yong guna meng¬angkat material longsor dari timbunan di bela¬kang bakal perumahan karyawan PDAM Tanah Datar, Selasa (8/1). Longsor yang menimbun iri¬gasi batang selo ini berlokasi di KM 104 Nagari Saruaso kecama¬tan Tanjung Emas ,Tanah Datar. Goro yang melibatkan warga tiga Nagari yakni Saruaso,Koto Tangah dan Tanjung Barulak ini dipimpin oleh Walinagari Saruaso Suardi Malin Mangkuto dan Walinagari Koto Tangah Beni Hasbulah . “Ada ratusan hektar areal persawahan yang diairi oleh irigasi ini coba bayangkan berapa penduduk yang terancam kehidu¬pannya apabila material longsor ini tidak juga diangkat,” ungkap beni hasbu¬lah yang diamini oleh Walinagari Saruaso Suardi Malin Mangkuto. Akibat hujan lebat pada 28 desember lalu, tanah yang hanya disangga dengan beberapa ban itu meluncur dan menimbun irigasi batang selo sehingga air irigasi tersebut tidak dapat mengalir kesawah masyarakat dan ini tidak tertutp kemungkinan akan terjadi Fuso pada ratusan hektar sawah warga Tanjung Emas . “Warga di kecamatan ini sudah bergoro namun tidak mungkin dilakukan dengan manual saja karena ada berton-ton kubik tanah yang menimbun irigasi batang selo ini. Karena itu kami atas nama warga Kecamatan Tanjung Emas meminta pihak terkait untuk membantu mengangkut material longsor ini,” tandasnya . Lain lagi yang disebutkan oleh salah seorang warga yang bergoro, akibat dari timbunan material longsor di bawah bakal perumahan karyawan PDAM Tanah Datar ini, sangatlah merugikan warga. Karena sawah mereka saat ini dalam kondisi memprihatinkan dengan ketiadaan air yang mengairi sawah mereka. Imbasnya di samping fuso yang akan melanda juga saat ini hama tikus sangatlah mengganas. “Kalau itu terjadi bagaimana dengan kehidupan kami beserta keluarga, karena mata pencarian kami hanya berasal dari sawah yang kami garap, sementara itu kebutuhan hidup semakin besar. Jadi kami meminta pihak yang berkompeten dalam hal ini untuk ikut menanggulangi masalah petani di Tanjung Emas ini,”pinta Sul Jopang salah seorang petani di Kecamatan Tanjung Emas ini yang saat ini ini sawahnya terkena hama tikus. (h/emz)

Baca Selengkapnya..

Ratusan Ribu Orang Patah Berhasil Disembuhkan

TANAH DATAR – Ditaksir sudah ratusan ribu orang yang patah-patah akibat kecelakaan lalu lintas, terjatuh, tertimpa benda berat dan sebab lain, telah berhasil disembuhkan H. Ali Usman Dt. Tumanggung. Dia mulai praktik sejak 1958 di kampung halamannya, Nagari Barulak, Kecamatan Tanjung Baru. PATAH TULANG “Sudah beragam jenis luka dan patah-patah tulang orang yang datang berobat ke sini. Ada yang kakinya patah tiga, tangan, tulang punggung, tulang pipi, bahkan tulangnya hancur yang oleh dokter divonis tak bisa diobati lagi dan harus diamputasi. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah, semuanya dapat disembuhkan. Kalau ditotal sejak dulu, jumlahnya mungkin sudah mencapai ratusan ribu orang,” ujar Dt. Tumanggung, menjawab Sing galang, di kediamannya. Akibat banyaknya pasien yang datang berobat dan berasal berbagai kota di Sumbar, Riau, Riau Kepulauan, Jambi dan provinsi-provinsi lainnya, Dt. Tumanggung pun menyediakan tempat untuk pasien yang akan rawat inap itu. Rata-rata setiap hari, lebih dari 50 pasien yang menginap di tempat yang telah disediakannya tersebut. Selain melayani pasien rawat inap yang umumnya keadaan patahnya cukup berat, Dt. Tumanggung juga melayani pasien rawat jalan. Dia pun tidak memandang waktu dan tempat ketika saat melayani pasien, terkadang di rumahnya, terkadang di tempat praktek yang telah dipersiapkan persis di ruangan depan bangsal pasien rawat inap. Bahkan saat masih menjabat walinagari, dia juga biasa menolong pasien di kantor. “Kalau yang berobat jalan rata-rata dalam sehari saya melayani hingga 150 orang. Umumnya mereka beradatangan dari berbagai kota di sekitar Barulak. Di sini, saya melayani tamu berobat sejak Selasa hingga Minggu pagi. Minggu siang dan Senin, saya menerima pasien di Perumahan Mutiara Putih, Padang, seiring dengan banyaknya permintaan pasien patah-patah dari berbagai rumah sakit di Padang,” ujarnya. Menariknya, dalam ke adaan pasien tak bisa datang ke tempat prakteknya, baik di Barulak maupun Padang, Dt. Tumanggung juga berkenan untuk membantu mengobati jarak jauh, media yang digunakannya adalah hewan ternak semisal ayam. Ada banyak pasien yang berhasil disembuhkan, mereka umumnya bermukim di luar negeri, semisal Singapura, Malaysia, dan Jepang. Kendati dalam keadaan tulang patah-patah, namun beberapa pasien mengaku, saat diurut (pijat) oleh Dt. Tumanggung, sakitnya nyaris tidak terasa. Itu pulalah sebabnya, tambah mereka, berobat ke Barulak selalu direkomendasikan oleh orang-orang yang telah pernah datang ke situ terhadap setiap penderita patah tulang, terkilir dan berbagai penyakit lainnya. “Tidak terasa sakitnya saat diurut. Sembuhnya pun cepat. Kalau diperlukan obat-obat tambahan, terdiri daun, kulit dan akar kayu-kayu tertentu, kita tidak perlu susah-susah mencarinya. Semua sudah disediakan oleh pak haji,” komentar Jarimis Dt. Mangkuto Marajo, 73, pasien dari Situjuh Batur, Limapuluh Kota. Ikram Fataya, 6,5, murid kelas I pada salah satu SD di Bukittinggi yang mengalami patah tulang tangan kanan dan sendinya lepas akibat terjatuh, terlihat ceria saat diurut, beda sekali ketika dia mengalami pengobatan jenis lain di kota kediamannya. “Tak sakit pak. Doakan semoga saya cepat sembuh,” ucap Ikram. Dt. Tumanggung yang kini menjabat ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Barulak, Kecamatan Tanjung Baru, itu pernah dipercaya menjadi walinagari dan kepala desa beberapa periode. Dalam kapasitasnya sebagai ketua KAN, beliau terpilih sebagai salah seorang ketua KAN terbaik di Sumbar tahun 2012 baru lalu. Kendati dia menyembuhkan pasien dengan cara tradisional dan herbal, namun empat dari tujuh anaknya telah berhasil menjadi dokter yang juga memiliki keahlian mengurut. “Tujuh anak saya, semuanya sudah memiliki keahlian mengobati pasien dengan cara mengurut itu,” akunya. (211)

Baca Selengkapnya..

Jumat, 04 Januari 2013

Presiden akan Resmikan Istano Basa Pagaruyung

BATUSANGKAR, HALUAN — Presi¬den Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan meresmikan Istano Basa Pagaruyung pada tahun 2013 ini. Hal ini diungkapkan Bupati Tanah Datar M. Shadiq Pasadique ketika mengadakan silaturahmi dengan sekitar 200 orang pelaku wisata Istano Basa Pagaruyung, Rabu (26/12) lalu di Rumah Adat Bodi Caniago belakang Istano Pagaruyung. “Insya Allah, untuk peresmian Istano Basa Pagaruyung ini kita pastikan diresmikan oleh bapak SBY, kita akan tentukan hari pastinya,” ungkap Shadiq. Shadiq juga menyebutkan, Istano Pagaruyung sebagai icon pariwisata kabupaten Tanah Datar yang terbakar pebruari 2007 lalu itu saat ini pembangunannya sudah hampir rampung, tinggal peresmian dan mencari waktu yang tepat untuk diresmikan Presiden SBY. Untuk tercapainya rencana ini, bupati mengajak pelaku wisata Istano Pagaruyung yang terdiri dari Pedagang, Fotografer dan petugas UPT untuk sama-sama memelihara dan menjaga keberadaan Istano Basa Pagaruyung yang merupakan kebanggan masyarakat Tanah Datar dan Sumatera Barat ini. Katanya, sebelum diresmikan nantinya oleh SBY, pembangunan Istano ini harus sudah matang, baik pembangunan fisiknya maupun persiapan acara penyambutan presiden RI tersebut. “Mudah – mudahan hal ini akan cepat terlaksana dan berjalan lancer sesuai dengan rencana, semua ini dikarenakan jadwal pembangunan Istano sudah cukup lama berjalan,” tutur Bupati Shadiq. Shadiq juga mengharapkan untuk kedepannya, pelaku wisata Istano Pagaruyung agar dapat memanfaatkan keberadaan Istano pagaruyung ini untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, akan banyak iven-iven yang diselenggarakan di Istano pagaruyung ini, disamping juga sebagai tujuan wisata di Sumatera Barat. “Karena wisatawan yang datang ke Istano Pagaruyung ini juga banyak wisatawan mancanegara, untuk itu diharapkan kepada petugas, fotografer dan pedagang untuk bias mempelajari bahasa asing, demi kelancaran komunikasi antara keduanya,” tambah Shadiq.(h/doy)

Baca Selengkapnya..

BUPATI M.SHADIQ PASADIGOE SILATURRAHMI DENGAN PELAKU WISATA ISTANO PAGARUYUNG

Pembangunan Istano Basa Pagaruyung sudah selesai, insha Allah akan diresmikan Presiden SBY tahun 2013, untuk langkah awal persiapan peresmian Bupati Tanah Datar M.Shadiq Pasadigoe silaturrahmi dengan serkitar 200 orang pelaku wisata Istano Basa Pagaruyung, Rabu (26-12) di Rumah Adat Bodi Caniago belakang Istano Pagaruyung. Bupati M.Shadiq Pasadigoe mengajak pelaku wisata Istano Pagaruyung yang terdiri dari Pedagang, Fotografer dan petugas UPT untuk sama-sama memelihara dan menjaga keberadaan Istano basa Pagaruyung yang merupakan kebanggan masyarakat Tanah Datar dan Sumatera Barat. Tanamkah rasa memiliki Istano ini sehingga dengan demikian secara otomatis Istano Pagaruyung ini akan terpelihara dengan baik. Istano Pagaruyung sebagai Icon pariwisata kabupaten Tanah Datar yang terbakar pebruari 2007 lalu itu saat ini pembangunannya sudah selesai, tinggal peresmian dan mencari waktu yang tepat untuk diresmikan Presiden SBY. Untuk itu kedepan kepada pelaku wisata Istano Pagaruyung agar dapat memanfaatkan keberadaan Istano pagaruyung ini untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, akan banyak iven-iven yang diselenggarakan di Istano pagaruyung ini, disamping juga sebagai tujuan wisata di Sumatera Barat. Kepada pedagang diharapkan agar menjual dagannya dengan harga yang pantas dan jangan ada wisatawan yang merasa tertipu, begitu juga kepada fotografer agar menetapkan harga atau tarif, sehingga sebanyak 81 orang fotografer dilokasi Istano Pagaruyung dapat menetapkan harga yang sama, sehingga tidak ada lagi tawar menawar karena wisatawan sudah mengetahui harga atau tarif yang ada. Karena wisatawan yang datang ke Istano Pagaruyung ini juga banyak wisatawan Mancanegara, untuk itu diharapkan kepada petugas, fotografer dan pedagang untuk belajar bahasa ingris, minimal yang dasar-dasarnya saja, sehingga pelaku wisata dan wisatawan tidak kebingungan karena pelaku wisata ini juga sekaligus diharapkan sebagai gaet dilokasi objek wisata ini. Disamping itu diharapkan pula agar pelaku wisata Istano Pagaruyung ini selalu senyum, sapa dan sopan kepada setiap tamu yang berkunjung, perlihatkan kita sebagai masyarakat Luhak Nan Tuo yang memegang teguh adat Istiadat Minangkabau. Acara silaturrahmi ini juga dihadiri Kepala Dinas Budparpora Marwan,SE, Camat Tanjung Emas Ashadi BA, Kabag Humas Desrizal,SE dan sejumlah undangan lainnya. (Humas).

Baca Selengkapnya..

MUBES KE- II FORWANA SUMATERA BARAT

Bupati Tanah Datar M. Shadiq Pasadigoe menghadiri musyawarah besar kedua Forum Wali Nagari se-Sumatera Barat dari Tanggal 28-30 Desember 2012 di Hotel Axana Padang, Sabtu (28/12). Acara yang dibuka langsung oleh Gubernur Sumatera Barat Ir. Irwan Prayitno itu dihadiri oleh 55 wali nagari se-Sumatera Barat, forum wali nagari Sumatera Barat ini diawali dengan laporan dari ketua panitia pelaksana Budi Febriandi. Sp dan dilanjutkan oleh ketua umum Forwana Sumbar H. Anwar Maksum. Dalam laporan kedua tokoh itu menyampaikan Mubes kedua ini membahas tentang menyepakati pergantian kepengurusan Forwana Sumbar berhubung masa bakti 2007-2012 telah sampai di penghujungnya. Gubernur Sumatera Barat dalam sambutannya menyampaikan forwana ini merupakan wadah untuk menjalin kembali silahturahmi baik antar wali nagari maupun dengan pemerintah daerah dan provinsi, sebagai tempat untuk berbagi informasi, masukan, saran serta sebagai ajang apresiasi,untuk itu kegitan ini hendaknya di mamfaatkan dengan sebaik-baiknya dan terus berlanjut. Mubes kedua yang berlangsung selama 2 hari ini disamping untuk membentuk kepengurusan baru juga mengadakan seminar-seminar tentang fungsi dan peranan wali nagari kedepan dalam rangka untuk mensejahterakan sumatera barat umumnya dan nagari khususnya serta bagaimana membina hubungan dan koordinasi dengan pemerintah daerah dan provinsi. Dalam kesempatan itu Bupati Tanah Datar diberikan kesempatan untuk memberikan pandangan tentang forum wali nagari sumatera barat ini, karena Tanah Datar di pandang telah mampu mengelola 75 nagari yang ada di Kabupaten Tanah Datar. Dalam kesempatan itu Bupati Tanah Datar menyampaikan beberapa pandangan, saran, bentuk program secara teknis dalam membina informasi dan koordinasi antara nagari dengan pemerintah daerah dalam rangka memajukan pembangunan. (humas)

Baca Selengkapnya..