Sabtu, 28 Juli 2012

DESA SAPTA MARGA SEMAKIN NELANGSA

TANAH DATAR – Sapta Marga adalah nama sebuah desa, warisan program transmigrasi Angkatan Darat (transad) di zaman pemerintahan Presiden Soeharto. Letaknya tidak terlalu terpencil, hanya sekitar tiga kilometer dari jalan provinsi Lintau-Paya kumbuh. Setelah berusia lebih dari dua puluh tahun, desa itu kini malah semakin nelangsa. DIKERUBUNGI SEMAK Saat Singgalang berkunjung ke kawasan yang berada di wilayah Nagari Tanjuang Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara itu, Selasa (24/7), sejumlah warga yang ditemui kompak menyatakan, permasalahan utama Sapta Marga adalah perlunya pembangunan kembali infrastruktur jalan yang kini sudah tidak berbentuk lagi. “Saya lahir dan besar di sini. Saya jadi saksi hidup saat sejumlah pensiunan tentara ditempatkan ke sini. Mereka bukan orang sembarangan. Pangkatnya tinggi-tinggi ketika belum pensiun. Waktu itu, mereka dibangunkan rumah, disediakan lahan untuk bertani, dan jalan menuju kawasan itu diaspal,” ujar Jasril, 62, warga Kampung Cubadak Pantai, Jorong Sapta Marga. Dikatakan, beberapa tahun setelah program pemukiman kembali para pensiunan itu, jalan yang dibangun pun mulai hancur. Warga jadi kewalahan untuk merajut komunikasi ke dunia luar. Sedikit demi sedikit, aspal kipang itu mulai mengelupas. Batu-batu pecah yang dilapisi aspal tipis pun menyembul. Kendaraan bermotor sulit dikendarai melewati jalan tersebut. Kini, tegasnya, batu-batu yang disusun untuk pembuat an jalan itu sudah berlepasan. Aspal yang menjadi perekatnya sudah tak ada lagi. Dalam kondisi demikian, tutur Jasril, bukanlah perkara mudah untuk dilewati. “Saya kasihan melihat anak-anak pergi sekolah yang setiap hari harus melewati yang rusak seperti itu. Jumlah mereka puluhan. Ada yang mengendarai sepeda motor, ada juga yang menumpang mobil bak terbuka. Di kawasan pemukiman Sapta Marga tidak ada SD, apalagi SMP dan SMA. Anak-anak itu harus bersekolah di luar,” terangnya. Seorang warga Sapta Mar ga asal Jawa menyebut, sebagian penghuni memang sudah mulai frustasi dengan keadaan di tempat mereka bermukim. Selain karena faktor infrastruktur jalan yang demikian memprihatin kan, jenis usaha yang dikembangkan pun hampir tidak ada yang menjadi. “Ada juga warga yang meninggalkan rumah dan lahan yang telah disediakan. Mereka mencari usaha lain, ada yang pergi ke kota, ada juga yang memilih membangun kehidupan baru di kampung halaman atau kampung istrinya. Lahan yang disediakan pemerintah, tak bisa digarap karena kami tidak dibekali dengan jenis komoditas yang tepat serta tidak ditunjukkan pula cara mengolahnya,” aku dia. Fakta di lapangan memang menunjukkan hal demikian. Sejumlah rumah milik warga transad itu sudah merimba. Nampaknya, memang, sudah lama ditinggalkan pemilik. Kendati demikian, bagi yang betah dan mau bekerja keras, ada juga beberapa di antara mereka yang telah berhasil mempercantik rumah mereka. Usaha mereka mulai menggeliat, terutama di sektor peternakan sapi. Walinagari Tanjung Bonai, Utama Johar, mengakui, untuk mengatasi persoalan yang membeliti warga di Sapta Marga yang kini sedang nelangsa itu, bukanlah pekerjaan mudah.”Butuh komitmen dari semua instansi terkait, baik di pusat maupun provinsi dan kabupaten. Kalau hanya dengan mengerahkan masyarakat bergotong royong, seberapalah daya kami membenahi inftrastruktur yang sudah demikian parah itu,” katanya. Ditegaskan, sesuai dengan potensi alam yang dipunyai, kawasan Sapta Marga hanya cocok untuk peternakan sapi perah, sapi pedaging, perkebunan murbei, dan perkebunan jeruk madu. Potensi seperti itu, ucapnya, terkesan tidak dibaca oleh instansi yang pemerintah yang berwenang dengan jeli. Kencenderungan yang kita lihat, kata Utama, program yang diusung ke daerah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Limapuluh Kota itu hanya program asket alias kerjaan yang asal lengket saja. Kalau saya mengistilahkan, katanya, berjalan tak sampai ke batas. Desa Sapta Marga, setelah kembali ke pemerintahan nagari, berada di wilayah Jorong Tanjuang Modang. Guna memperpendek akses layanan terhadap warga, jorong itu pun dimekarkan. Kini, Sapta Marga secara de facto sudah menjadi jorong yang berdiri sendiri, namun secara de jure, masih me nunggu pengesahan dari lembaga berkompeten. Di Sapta Marga, sedikitnya ter catat 266 jiwa penduduk yang terhimpun dalam 65 kepala keluarga. (211)

Baca Selengkapnya..

Jumat, 20 Juli 2012

20 TIM RAMADHAN PEMKAB TANAH DATAR AKAN KUNJUNG 40 MASJID DI NAGARI

Tim Ramadhan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar 1433 H akan mengunjungi sebanyak 40 Masjid dalam wilayah Kabupaten Tanah Datar guna meningkatkan hubungan silaturahmi dan ukhuawah Islamiyah antara pemerintah dengan masyarakat Tanah Datar sekaligus memberikan bantuan untuk Masjid bersangkutan. Terdapat sebanyak 20 Tim yang akan turun dua kali selama bulan Ramadhan 1433 H, ke Masjid yang telah ditetapkan, tim terdiiri dari pimpinan tim, dari unsur kepala SKPD, Qori, dai Cilik dan penceramah Ramadhan serta wartawan yang akan mulai turun pada 24 Juli 2012 secara serentak Selain dari Muspida dan kepala SKPD Tanah Datar yang akan turun ke masjid-masjid dalam Tim Ramadhan pemerintah Kabupaten Tanah Datar tersebut juga terdapat Muspida Padang Panjang yang menjadi ketua tim dan akan turun pada Masjid-masjid disekitar Kecamatan X Koto, Batipuh dan Kecamatan Batipuh Selatan. Tim I dipimpin oleh Bupati Tanah Datar, M. Shadiq Pasadigoe akan turun ke Masjid Jami” Sungai Jambu, Kecamatan Pariangan dan Masjid Al-Mutaqin, Tigo Jangko Kecamatan Lintau Buo, Tim II dipimpin Ketua DPRD, Zuldafri Darma akan turun ke Masjid Ikhlas, Pasir Jaya, III Koto Rambatan dan Masjid Baburahim, Batu Basa Pariangan serta Tim III dipimpin Wabup, H. Hendri Arnis akan ke Masjid Qura Batipuh Baruh dan Masjid Alhidayah, Panyalayan X Koto. Seperti biasanya dimasjid yang menjadi tujuan tim akan mengadakan kegiatan acara berbuka bersama, Shalat Magrib, Isya dan Taraweh bersama di Masjid, acara ceramah agama, pemberian informasi pembangunan oleh ketua tim dan penyerahan bantuan untuk masjid.(Humas-Veri/Heri)

Baca Selengkapnya..

Selasa, 17 Juli 2012

Puluhan Hektare Dibabat, Galodo Mengintai

Tanahdatar, Padek—Pu¬luhan hektare sawah di Ke¬nagarian Pangian, Kecamatan Lintaubuo, Kabupaten Ta¬nah¬datar terancam dilanda galodo. Ancaman ini menyusul kian maraknya aksi perambahan hutan di hulu Batang Pangian. Penelusuran Padang Ek¬spres di kawasan hutan ma¬syarakat Nagari Pangian, tepatnya di Jorong Kotokaciak, Kecamatan Lintaubuo pada Sabtu (14/7), perambahan kawasan hutan dilakukan ma¬syarakat, dengan asumsi tidak melanggar aturan dan tidak dilarang pihak terkait. Puluhan hektare hutan di kawasan yang terjal ini, terlihat gundul ditanami masyarakat dengan tanaman cokelat dan karet. Jika terjadi musim hu¬jan dalam seminggu, ber¬po¬tensi menimbulkan air bah sehingga mengancam puluhan hektare sawah masyarakat. Pembukaan lahan juga ber¬potensi me¬nye¬babkan ke¬ba¬karan hutan. Informasi yang diperoleh Pa¬dang Ekspres dari sejumlah war¬ga Pangian menyebutkan, ma-raknya perambahan hutan un¬tuk lahan perkebunan telah ber¬langsung masif tanpa ada upaya aparat berwenang men¬cegahnya. “Di nagari lain seperti Kenagarian Atar, Kecamatan Padangganting, juga sangat marak. Namun masyarakat di sana merasa takut untuk me¬la¬porkan ke pihak berwajib, karena kabarnya dibekingi oknum aparat,” ungkap pria berusia 35 tahun itu. “Kami berharap per¬ma¬salahan ini dapat diselesaikan penegak hukum. Kami juga sangat berharap pers mem¬buka ini selebar-lebarnya se¬hingga nagari kami diper¬hatikan dan tidak dibabat lagi,” ujar sarjana pertanian itu, yang mengaku tidak bisa berbuat apa-apa melawan aktivitas ilegal itu. Warga lainnya, DH, 43, me¬ngaku cemas nagarinya terjadi bencana jika musim hujan tiba, karena hutan di hulu sungai dirambah. “Kami takut terjadi longsor akibat perambahan hutan itu dan lahan pertanian kami sewaktu-waktu menjadi tertimbun,” ungkap DH. Kapolresta Tanahdatar AK¬BP Teguh Trisasongko telah me¬nerima laporan dari ma¬syarakat soal itu dan langsung mengerahkan anggotanya ke lokasi untuk melakukan pe¬nge¬cekan. Dia pun mem¬be¬narkan banyaknya kawasan hutan yang dibuka masyarakat sebagai lahan pertanian. “Diperkirakan sudah pu¬luhan hektare ditebas masya¬rakat. Kami sudah me¬nin¬dak¬lanjuti laporan tersebut, dan sekarang sudah menghentikan aktivitas di lokasi tersebut,” ujar Teguh. Teguh mengatakan sudah berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan untuk me¬nin¬dak¬lanjuti laporan masyarakat ke Polresta Tanahdatar. Seluruh ninik mamak akan dikum¬pulkan Selasa (17/7) ini, untuk mela¬kukan pendekatan per¬suasif. “Namun jika ke depan ma¬sih mengulanginya lagi, maka kita akan tindak sesuai hukum yang berlaku karena me¬ngan¬cam kelangsungan pertanian masyarakat dan melanggar UU,” tegas Teguh. Bupati Tanahdatar M Sha¬diq Pasadigoe yang dikon¬fir¬masi terpisah mengaku ter¬kejut menerima informasi itu. Dia berjanji segera me¬me¬rintahkan Dinas Kehutanan menindaklanjutinya. “Jika memang benar-benar itu telah melanggar hukum, maka akan ditindak sesuai hukum yang berlaku,” tegas Shadiq. Soal lemahnya penga¬w¬a¬san Dinas Kehutanan selama ini, Shadiq mengatakan, itu tidak lepas dari keterbatasan SDM di Tanahdatar. Apalagi daerah itu jauh dari pusat pemerintahan. “Kami bukan tidak melakukan pengawasan, namun kami ma¬lah keku¬ra¬ngan tenaga atau SDM dalam mengawasi lokasi tersebut. Selain itu, daerah tersebut juga jauh dari jang¬kauan kami,” ujarnya.

Baca Selengkapnya..

ANAK PIATU Dari Lintau Hendak ke Al Azhar

Wardianto namanya. Sudah ditinggal mati ibundanya sejak umur 17 bulan. Dia tinggal berpindah-pindah dari satu saudara ke saudara lainnya. Bekerja ini dan itu untuk biaya sekolah. Jualan pulsa, angkat pasir, produksi roti, ceramah dan banyak kerja lainnya. Meski begitu, dia tak pernah putus asa dalam menggapai cita-cita. Sejak kelas 5 SD dia sudah mengimpikan Universitas Al Azhar. Sudah direncanakannya untuk melanjutkan sekolah ke MTS dan MAN. Meski keluarga menyuruh untuk ke STM saja agar bisa langsung bekerja setelah tamat. Setahun lalu, setelah lulus dari MAN 2 Batusangkar dia langsung saja ikut tes ke Al Azhar. Wardianto sudah berprestasi sejak kecil, ketika duduk di bangku MTS posisi juara umumnya tak pernah bisa digeser oleh orang lain. Sampai dapat pula dia kesempatan untuk studi banding ke sekolah-sekolah unggul di Malaysia dan Singapura bersama Bupati Tanah Datar dan juara umum dari sekolah lainnya. Saat MAN, dia selalu pada posisi tiga besar. Menjuarai lomba debat, tafsir, pemahaman kandungan Alquran juga lomba-lomba lainnya pun sudah biasa. Sayang, waktu tes tahun lalu itu dia gagal. Keluarga sempat kecewa. Uang hasil dari penjualan emas peninggalan almarhum ibunya yang masih tersisa sedikit dijadikan biaya dia untuk kuliah di STAIPIQ Padang sembari terus bekerja sampingan. Sebulan kuliah, naas menimpa. Kecelakaan menimpanya, motor yang ditumpangi bersama teman tabrakan dengan motor di Kayu Tanam. Dalam keadaan sakit seperti itu, keluarganya di Simpang Kulit Manis, Jorong aliran Sungai, Nagari Taluk, Lintau Buo, Tanah Datar melihat kalau di dinding kamarnya banyak sekali tertempel gambar-gambar Al Azhar, gambar Mesir. Sempat dia dikatakan stres/gila. “Etek, mamak, sempat mengkhawatirkan saya dan mengatakan sudah lah tak usah lagi bermimpi untuk ke Al Azhar, untung Uwo (Nazaruddin) tetap memberi motivasi,” kenang Wardianto. Banyak kata-kata lain pula dari tetangga tidak ada gunanya pergi ke Al Azhar, kalaupun lulus tes, mana mungkin dia mendapatkan biaya untuk berangkat dan biaya hidup di sana. Habis kecelakaan, meski sebulan tidak mengikuti kuliah, IP nya tetap sempurna, 4. Pada tes tahap I, dia berhasil lulus. Menyingkirkan 2000 lebih orang yang ingin masuk Al Azhar. Setelah tahap kedua hanya 400-an yang lulus dan Wardianto berada pada urutan 51. Lulus ke Al Azhar, bebas biaya kuliah, namun masih harus memikirkan biaya keberangkatan, pengurusan berkas dan biaya hidup barang beberapa bulan di sana. Saat ini, dia membutuhkan uang Rp9,5 juta untuk biaya tersebut. Meski bergetar dengkulnya mendengar nominal tersebut, dia tetap optimis. Didatanginya lembaga-lembaga yang sekiranya bisa memberikan bantuan padanya. “Kalau sungguh-sungguh insya Allah akan ada jalan, saya ingin mengubah nasib, selama ini rasanya hidup pas-pasan dan tinggal menumpang, saya ingin jadi ulama,” katanya pada Singgalang, Senin (16/7). Kalau di kampung, pemahaman masyarakat tentang ustadz adalah orang yang tahu dengan surau dan kitab saja. Dia ingin mengubah pandangan itu bahwa ulama adalah orang yang serba bisa, agama itu mengatur semua lini kehidupan. Cita-citanya, dosen, harapannya tak hanya S1 yang dia selesaikan tapi juga sampai doktor. “Agar saya juga berperan dalam mencetak generasi Islam khususnya orang Minang yang mumpuni,” katanya. Cita-cita tinggi itu kini terhalang, Kamis (19/7) dia harus sudah membayar uang Rp9,5 juta untuk biaya pengurusan surat-surat termasuk ongkosnya nanti ke Kairo. “Itu dana yang harus disetor awal, kemungkinan akan lebih karena biaya tersebut belum masuk sewa tempat tinggal, diktat,” terangnya. Jarang ditemui anak muda yang gigih dan konsisten dengan cita-cita seperti Wardianto. Mari bantu calon ulama Sumbar ini. Salurkan donasi pendidikan Anda untuk Wardianto melalui Dompet Dhuafa Singgalang. Kunjungi Graha Kemandirian Dompet Dhuafa Singgalang di Jalan Juanda No.31 C Pasar Pagi Padang atau telepon 0751 40098. (winda)

Baca Selengkapnya..

Menkominfo Bantu 13 M-PLIK

Batusangkar, Padek—Perkembangan internet saat ini sudah semakin pesat. Hal ini juga akan terus dikem¬bang¬kan hingga ke pelosok negeri. Inilah salah satu program Kementerian Komunikasi dan Infor¬matika. Demi¬kian disampaikan Menkominfo Tifatul Sembiring usai meresmikan Mobil Pusat Layanan Internet Ke¬camatan (M-PLIK) dan Pusat Layanan Internet Ke¬ca¬matan (PLIK) di Kabupaten Tanahdatar yang dipu¬sat¬kan di Lapangan Cinduo Mato Batusangkar, kemarin. Menurutnya, keberadaan mobil ini sangat penting ba¬gi masyarakat. Khusus Tanahdatar, mendapatkan 13 mo¬bil melalui M-PLIK dan PLIK yang merupakan program nasional dari Balai Penyediaan dan Pengelolaan Pem¬b¬iayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Di¬-rektorat Jenderal Kominfo yang tersebar di tiga belas Ke¬¬¬camatan. Sedangkan pada tahun sebelumnya Ta¬nah¬datar sudah menerima mobil itu 1 buah. Pe¬ngelolaannya di¬serahkan kepada pihak ketiga yaitu PT Aplikanusa Lin¬tas Artha. Menkominfo meminta Pemkab untuk membantu me¬ngawasi dan memonitor pemanfaatan M-PLIK agar ti¬dak disalahgunakan untuk kepentingan kelompok ter¬tentu. ”Secara Nasional melalui M-PLIK dan PLIK di¬canangkan di 5.748 kecamatan di seluruh Indonesia. Sa¬lah satu tujuannya adalah terhubungnya ribuan desa di Indonesia dan terciptanya konsep Desa Pinter. Di¬ha¬rapkan dengan adanya M-PLIK dan PLIK, mas¬ya¬rakat lebih kritis terhadap sistem informasi masa kini me¬lalui teknologi informasi ” ujar Tifatul. Bupati Tanahdatar Shadiq Pasadigoe berharap tek¬nologi yang telah ditransferkan ke Tanahdatar ini akan di¬manfaatkan dengan baik oleh warga. “Ini merupakan sa¬¬lah satu lompatan informatika yang diterima Ta¬nah¬datar,” akunya. Dalam peresmian itu juga dilakukan dia¬loq jarak jauh melalui internet antara Menteri Ko¬monikasi dan Informasi bersama Camat Limakaum Her¬nita S.Sos dan camat Padangpanjang Ti

Baca Selengkapnya..

ARISAN / SILATURRAHMI IKS JABODETABEK tgl 8 JULI 2012

Acara arisan IKS JABODETABEK tgl 8 juli 2012, acara sialaturrahmi dan sekaligus pengajian untuk menyambut datangnya Bulan suci Ramadhan 1433 H Yang bertembapat di rumah salah seorang Pengurus IKS JABODETABEK yaitu di Sdr NOV GINDO di kota Tangerang

Baca Selengkapnya..

Jumat, 06 Juli 2012

BUPATI TANAH DATAR MENERIMA PENGHARGAAN KARENA BERHASIL MERANGKUL PERANTAU

Bupati Tanah Datar, M. Shadig Pasadigoe menerima penghargaan dari Gubernur Sumatera Barat karena telah berhasil memberdayakan potensi perantau dalam membangun Kabupaten Tanah Datar. Penghragaan itu diserahkan Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno kepada Bupati, M. Shadiq pada acara pembukaan Sosialisasi Peran dan Pendataan Perantau dinagari/Kelurahan yang diikuti oleh Wali Nagari se Sumatera Barat. Acara yang diselenggarakan kerjasama Pemerintah Propinsi Sumatera Barat dan dihadiri oleh sejumlah perantau Sumatera Barat yang berhasil di Jakarta dan daerah lain di Indonesia itu juga menyerahkan penghargaan kepada Bupati Agam, Indra Catri, Wali Nagari Rao-Rao Tanah Datar beserta salah seorang Walinagari dari Agam. Irwan Prayitno dalam sambutannya menyatakan salut kepada Bupati Tanah Datar, M. Shadiq Pasadigoe yang berhasil merangkul perantaunya untuk membangun nagari di Tanah Datar, sehingga pembangunan di Tanah Datar lebih banyak dananya berasal dari Parantau. Dibandingkan dengan dana yang tersedia di daerah dari APBD didaerah, tentu saja tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan pembangunan fisik dan nonfisik dinagari, sebagaimana yang telah dibangan sampai sekarang ini, karena APBD daerah pada umumnya kurang, kecuali ada bantuan dari perantau. Selama ini para Bupati dan Wali kota di Sumatera Barat pada dfasarnya mengeluh karena terbatasnya dana yang ada di daerah untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dalam rangka mensejahterakan masyarakat, kecuali bagi kepala daerahnya yang mampu memanfaatkan potensi masyarakatnya. Kemampuan yang dimiliki oleh Bupati Tanah Datar, merangkul potensi perantau untuk ikut serta dalam membiayai pembangunan di Tanah datar patut ditiru dan dicontoh, karena potensi perantau cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan keterbatasan dana untuk membangun nagari ungkap, Irwan. Bupati M. Shadiq pada acara tesebut diminta kesediaannya memberikan presentasi tentang langkah dan upaya yang dilakukkannya merangkul potensi perantau dalam membangun Tanah Datar. (Humas Pemkab Tanah Datar-Veri)

Baca Selengkapnya..

TABRAK LARI TERJADI DI TANJUNG BARULAK

BATUSANGKAR – Sesosok mayat laki-laki, Irman 30, pekerjaan tani ditemukan ibu rumahtangga Usmaniar, 47, di selokan Simpang Talang, jorong Padang Data, nagari Tanjung Barulak, Sabtu (30/6) sekitar pukul 07.30 WIB. Saksi Usmaniar segera memberitahu kepada masyarakat, seterusnya dilaporkan ke pihak Polsek Tanjung Emas untuk pengusutan lebih lanjut. Dugaan sementara, Irman adalah korban tabrak lari. Namun, kini Satuan Lantas Polres Tanah Datar sedang melakukan penyelidikan. Di empat kejadian peristiwa (TKP), Polantas menemukan berupa pecahan kaca spion bertulis plat nomor sebuah kendaraan roda empat. Dengan kecekatan Satuan Lantas di bawah arahan Kasatlantas Akp. Dasveri Abdi, akhirnya Satuan Lantas berhasil mencocokan plat nomor polisi dengan kaca spion yang melekat di mobil box yang nomor polisinya belum diketahui. Penyelidikan pun terus dikembangkan. Dalam waktu 1,5 jam setelah kejadian, sekitar pukul 09.00 WIB, akhirnya diketahui mobil box L-300 dengan nomor polisi BA 9000 E dikemudikan laki-laki Setya Cakra Diprawira, 37. Hari itu juga, tersangka Setya Cakra Diprawira bersama barang bukti (BB) kendaraan roda empat BA 9000 E diamankan di kantor Lantas Polres Tanah Datar untuk pengusutan lebih lanjut. Kapolres Tanah Datar AK BP Teguh Trisasongko didampingi Kasatlantas AKP Dasveri Abdi mengatakan kepada Singgalang, Minggu (1/7), tersangka sudah mengakui yang menabrak Irman adalah kendaraan L-300 yang dibawanya menuju Batusangkar dari arah Lintau sekitar pukul 21.00 WIB di jalan raya Padang Data, nagari Tanjung Barulak dan para saksi pun sudah mulai diperiksa. Dari dugaan sementara, Setya Cakra Diprawira telah melakukan tabrak lari sesuai keterangan tersangka, saksi mata dan bukti-bukti lapangan yang ditemukan Satuan Lantas Polres Tanah Datar. Bagaimana pun, kasus tabrak lari yang menyebabkan meninggalnya Irman sudah berada di kantor Satuan Lantas Polres Tanah Datar. “Insya Allah, minggu kedua Juli 2012, kasus tabrak lari itu sudah selesai diberkas untuk diajukan ke Kejaksaan Negeri Batusangkar,” jelas Kapolres. Jenazah korban tabrak lari Irman, hari itu langsung diselamatkan pihak keluarga ke rumahbya dan dikebumi kan di pandam pekuburan keluarga jorong Padang Data, nagari Tanjung Barulak. (532)

Baca Selengkapnya..