Kamis, 28 Juni 2012

PETANI PANEN 7 KALI

BATUSANGKAR, HALUAN — Kelompok Tani (Keltan) Balerong Jorong Balai Batu, Nagari Limo Kaum Kecamatan Limo Kaum, Tanah Datar melakukan panen kedua sistem padi “salibu” mencapai 7,2 ton/hektare. “Padi ‘’salibu’’ merupakan sebutan petani di Sumbar terhadap tunas padi yang tumbuh setelah dilakukan panen,” kata Ketua Keltan Balerong, Syafri Ibrahim usai panen kedua di nagari itu, Selasa (26/6). Ia mengatakan, hasil ubinan panen kedua padi “salibu” ini cukup memuaskan mencapai 7,2 ton/hektare. Sedangkan hasil padi sistem konvensional hanya sekitar 6,4 ton/hektar. “Panen kedua ini meningkat bila dibandingkan panen pertama sekitar 6,8 ton/hektare dan panen awal setelah tanam sekitar 6,2 ton/hektare,” kata dia. Ia menyebutkan, keunggulan menanam padi “salibu” adalah panen bisa tujuh kali dalam sekali tanam dan tahan kekeringan karena akarnya yang berasal dari tunas unggul kuat terbenam ke tanah sehingga lebih mudah menjangkau sumber air. Kemudian, tambah dia, cara ini lebih efisien karena hanya sekali melakukan pengolahan tanah, pengadaan benih, penyemaian, penanaman, dan umur panen lebih singkat dibanding tanam padi biasa. Kepala Dinas Pertanian Tanah Datar Edi Arman mengatakan, pemerintah daerah sangat mendukung penerapan teknologi baru yang mampu meningkatkan produksi padi seperti tanam padi “salibu” ini. Ia mengajak semua petani di daerah itu untuk menerapkan sistem tanam padi “salibu” ini karena telah terbukti hasilnya lebih menguntungkan. “Mudah-mudahan panen kedua ini dapat menjadi contoh petani di kelompok lain untuk segera beralih menanam padi ‘’salibu’’,” katanya. Di sisi lain, kata dia, dalam mengantisipasi kelangkaan pupuk buatan pabrik yang terjadi akhir-akhir ini, hendaknya petani dapat membuat pupuk buatan sendiri atau pupuk organik yang bahannya ada di sekitar lingkungannya. Dia mencontohkan pemakaian pupuk yang berasal dari jerami padi. Biasanya petani selesai panen, jeraminya dibakar bahkan sekarang dijual kepada pihak lain. “Sementara jerami padi dapat dimanfaatkan untuk dibuat pupuk organik kompos yang kandungan unsur haranya hampir sama dengan pupuk buatan pabrik,” kata dia. Dia menyebutkan, jerami padi sebagai sumber bahan organik hendaknya dikembalikan ke sawah. Kebiasaan petani saat ini masih banyak yang membakar jerami yang dapat merusak lingkungan dan bahkan ada yang menjualnya ke luar daerah. Jerami padi tersebut dapat memperbaiki kesuburan tanah. Untuk itu diperlukan perubahan perilaku petani seperti memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di lingkungan sekitar petani. Pada acara panen kedua padi “salibu” ini juga disaksikan Kepala BPPT Sukarami Solok Hardiyanto, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumbar diwakili Murni Kurni¬awati, Kepala UPTD Pertanian Limo Kaum Arizal, Wali Nagari Meriyaldi, Koordinator Penyuluh Yohanes, dan puluhan anggota Keltan Balerong. Edi Arman mengatakan, pola tanam dengan sistem salibu ini mendapat respons positif dari Pemkab Tanah Datar, selain petani bisa menghemat biaya pengolahan tanah sebelum turun ke sawah, ternyata panen tanpa bibit baru bisa dilakukan berulang-ulang selama tujuh kali. (h/emz/ydv/*)

Baca Selengkapnya..

Jumat, 22 Juni 2012

Bupati Tanah Datar Terbaik..

TANAH DATARAR – Keuletan dan kegigihan M. Shadiq Pasadigoe dalam memimpin Tanah Datar, bukan saja membahagiakan dan menyejahterakan warganya, tetapi juga mendapat pujian dan acungan jempol dari berbagai kalangan, termasuk anggota DPR RI Dr. Azwir Dainy Tara. “Menurut saya, Shadiq adalah bupati terbaik di Sumatra Barat. Kiprahnya dirasakan langsung masyara kat, tidak hanya di daerah-daerah yang akses trans portasinya mudah, tetapi juga daerah-daerah yang sulit terjangkau,” ujar Azwir, saat berdialog dengan ma syarakat di Jorong Mawar II, Nagari Lubuk Jantan, Keca matan Lintau Buo Utara, medio pekan ini. Azwir yang mengaku ba ru pertama kali berkunjung ke kawasan yang baru ‘mer deka’ tiga tahun belakangan itu, tidak menyangka, kondisi geografis yang demikian sulit, bisa dimerdekakan dalam waktu singkat. Kondisi alam yang berbukit-bukit seperti ini, katanya, jelas bukan pekerjaan mudah un tuk membangun infrastruk tur guna membuka akses keterisolasian. Keberhasilkan Shadiq dalam membangun Tanah Datar, menurut Azwir, mem buat dia berpikir untuk masa depan yang lebih luas. Selaku bupati terbaik, tuturnya, Shadiq memang sudah sepan tasnya pula diberi kesem patan dalam skala teritorial yang lebih luas untuk mem bangun bangsa ini. “Seandainya saya adalah presiden, maka posisi men teri yang amat strategis bagi kemajuan negeri dan kesejah teraan rakyat, pasti akan saya berikan kepada Shadiq. Bangsa ini memang sepan tasnya dipimpin anak-anak muda yang enerjik dan krea tif seperti dia,” sebut Azwir. Acungan jempol atas kip rah Shadiq dalam mema jukan Tanah Datar dan me nyejahterakan warganya, tidak hanya diakui Azwir. Beberapa pejabat nasional, juga kerap mengutarakan pujian serupa pada berbagai kesempatan. Kiprahnya tidak hanya menonjol di Sumbar, tetapi juga di Asosiasi Peme rintahan Kabupaten Seluruh Indonesua (Apkasi). “Dalam berbagai kesem patan dengar pendapat an tara Apkasi dengan DPR RI, Shadiq sering dipercayai sebagai juru bicara Apkasi, termasuk pada pembahasan RUU tentang pemerintahan desa yang dinilai akan bisa membahayakan posisi nagari di Sumbar,” sebutnya. D. Dt. Putiah, salah se orang pemuka masyarakat Ma war menyebut, di bawah kepemimpinan Shadiq, Ma war yang lima tahun silam merupakan kawasan terisola si, berhasil dimerdekakan. “Bapak Shadiq itu pernah berjalan kaki ke kampung kami ini. Beliau amat me rasakan betapa derita kami hidup terisolasi. Ekonomi macet, akses terhadap pasar dan sentral perekonomian amat sulit. Kini, beliau datang lagi ke sini setelah berhasil membangun jalan raya yang bagus,” katanya. Menanggapi pujian-pu jian yang dialamatkan kepa da dirinya, Shadiq menya takan, itu adalah apresiasi dan penilaian orang untuk dia. “Sebagai orang yang diamanahi untuk memim pin Tanah Datar, saya hanya menunaikan tugas. Seorang pemimpin memang menjadi sangat menentukan untuk ke majuan daerah dan kese jah teraan masyarakat di suatu daerah. Kalau pemim pin tidak bergerak, ya, dae rahnya akan diam di tempat saja,” katanya. Untuk melak sanakan tugas kepemimpi nannya, Shadiq bersama wakilnya, H. Hendri Arnis, menganut visi menja dikan Tanah Datar sebagai pusat budaya Minang kabau yang maju, sejahtera dan ber keadilan.(211

Baca Selengkapnya..

Selasa, 19 Juni 2012

Jejak Raja Pagaruyung di Sulawesi

Jakarta, Padek—Tinta seja¬rah terkadang luput men¬catat na¬ma-nama penting. Nama Nu¬rudin Mahkota Alam Maharaja Pagaruyung tidak familiar di telinga orang Minang, Sum¬bar. Namun bagi Kerajaan Goa, Su¬lawesi, Nurudin punya jasa be¬sar. Nurudin diduga me¬ru¬pa¬kan ayah kandung dari Tuan¬ku Imam Bonjol yang m¬e¬nyiar¬kan Islam sampai ke Su¬lawesi. Penelitian sejarah jarang m¬e¬nyebutkan namanya dalam pe¬¬nyebaran Islam di Nu¬san¬tara pada abad 14-16. Na¬mun pe¬n¬eliti Lembaga Ilmu Penge¬t¬¬a¬huan Indonesia (LIPI), me¬ne¬mukan data penting menge¬n¬ai sepak terjang Nurudin. Setelah mempejari tambo, arsip di Leiden dan sejumlah manuskrip ilmiah, peneliti LIPI menemukan bahwa di Su¬lawesi, keturunan Tuanku Imam Bonjol memiliki jejak peninggalan penting. Peneliti LIPI juga mene¬mu¬kan asumsi bahwa Datuk Nu¬rudin Mahkota Alam Ma¬harajo Pagaruyung yang ber¬makam di Sandrobone, Su¬la¬wesi Selatan, adalah ayah Tuan¬ku Imam Bonjol. Hal itu terungkap pada seminar tokoh Minangkabau di Bekasi, Minggu (17/6). Se¬minar ini digelar Ikatan Ke¬luarga Kabupaten Pasaman (IKKP) Jabodetabek, dan Ika¬tan Pemuda Pemudi Minang¬ka¬bau Indonesia (IPPM). Se¬minar ini bertujuan memba¬ngun kesadaran masyarakat Mi¬nang terhadap sejarahnya. Pembina IKKP dan IPPM, Emileizola mengatakan, Mi¬nang¬¬¬kabau memiliki peran stra¬te¬gis dalam sejarah Nu¬san¬tara. Se¬lain dalam per¬jua¬ngan kemer¬de¬kaan, peranannya yang tak ka¬lah penting adalah mengis¬lam-kan daerah-daerah di Nu¬san¬tara. Sekalipun hal itu tak ter¬catat dalam arsip daerah Sum¬bar, ternyata laporan Ing¬gris dan arsip Leiden yang pernah men¬jajah Indonesia, keberadaan to¬koh Minang ini cukup jelas di¬nya¬takan sebagai tokoh yang ber¬peran besar dalam menyiar¬kan Islam di Sulawesi. “Bahkan, negara-negara te¬tang¬ga mencoba mencari be¬nang merah proses islamisasi di negara mereka ke Minangkabau, akan tetapi mengecewakan, ka¬rena data tak memadai,” kata Emileizola. Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Sumbar, Mu¬drika mengatakan, orang Mi¬nang kurang menghargai pe¬ran yang dilakukan para tokoh Mi¬nang dalam penyebaran aga¬ma Is¬lam di Nusantara, ter¬masuk Su¬lawesi. “Kita terka¬dang ku¬rang menghormati tokoh-tokoh Minang, sementara Sulawesi memberi tempat tersendiri bagi orang Minang,” kata Mudrika. Dia menyebut, peran Nuru¬din dalam penyebaran Islam di Sulawesi merupakan penemuan ser-pihan sejarah. Peneliti perlu me¬nelusuri kebenarannya. “Ba¬yangkan, kita hanya tahu Imam Bon¬jol. Tapi pertanyaan asal-usul¬nya tak pernah ada. Me¬mang asal-usulnya tak jelas, se¬hingga banyak pihak yang me¬nga¬ku keturunannya,” ujar Mu¬drika. Peneliti LIPI, Erwiza Erman mengatakan, sejak Aditya¬war¬man turun takhta, sejarah Mi¬nang seolah tak tercatat. Pen¬el¬i¬tiannya menyimpulkan, orang Minang pada abad 15-16 sangat kosmopolitan. Sesuatu yang tak pernah didengar sebelumnya. “Orang Minang itu memang pe-rantau sejak dahulu. Ternyata Su¬lawesi masuk daerah tujuan, ter¬¬bukti dengan kemiripan pro-sesi adat,” ujarnya. Oktober 2011, Erwiza mulai meneliti di Makassar untuk me¬lihat kuburan Datuk Mah¬kota yang tak memiliki nisan. Tak ingin sekadar berpatokan kepa¬da kuburan, dia menelusuri lon-tarak atau tambo untuk men¬cari silsilah Datuk Mahkota. Dia juga me¬meriksa jejak-jejak kores-pon¬densi antara raja-raja M¬aka¬¬ss¬ar dengan VOC. Thomas Diaz, pe¬jalan Portugis yang di-tugaskan VOC pernah me¬nyebut-nyebut nama Datuk Mahkota. Meski tambo dikatakan mitos, dia tetap tak surut. Dia kemudian me¬ngait¬kan dengan sejarah tertu¬lis bahwa raja Minang itu adalah se¬¬o¬rang pejalan. Maka, tak meng¬¬¬herankan jika jejak budaya Minang banyak di daerah lain. “Ini membuktikan bahwa raja-raja Minang bukan boneka, yang seperti diceritakan Belan¬da. Padahal, mobilitas orang Minang sudah tinggi sejak abad ke-15. Bukti lain ada di Papua, Raja Ampat. Kenapa bukan Em¬pat,” ujarnya. Raja Goa, Andi Komala Ijo menyebutkan, masyarakat Goa yang mengalami islamisasi dari Mi¬nang sangat menjunjung ting¬gi orang Minang. Terbukti m¬e¬reka rajin berziarah ke pusara Nu¬rudin Mahkota Alam. “Sa¬yangnya, orang Minang sendiri tak ada yang datang ke sini,” katanya. (adv)

Baca Selengkapnya..

Minggu, 17 Juni 2012

Jepang Bangun Pusat TI Tanahdatar

Batusangkar, Padek—Sete¬lah sukses melaksanakan perlua¬san jaringan fiber optik di Kabu-pa¬ten Tanahdatar, The Te¬leco¬mu¬nication Technology (TTC) Je¬¬pang kembali bekerja sama da¬-lam pengembangan teknologi in¬¬¬formasi (TI). Bahkan, akan di¬dirikan Pusat Pen¬didikan dan Pe¬latihan TI, te¬patnya di Paga¬ruyung. Keinginan mendirikan pusat pen¬didikan itu disampaikan Di¬rek¬tur TTC Jepang Hideyuki Iwata San didampingi penterja¬mah¬¬nya ketika bertemu Bupati Ta¬¬nahdatar M Shadiq Pasadigoe di¬¬¬dampingi Kepala Dinas Per¬hu¬b¬u¬ngan Komonikasi dan Infor¬ma¬si Kabupaten Tanah¬datar Dar¬¬yanto Sabir, Sekretaris Dis¬hu¬bko¬minfo Tanahdatar Edis Su¬san¬to dan Kabaghumas Des¬rizal di Indo Jalito Batusangkar, ke¬marin. ”Jika ini bisa kita bangun, saya yakin Tanahdatar menjadi dae¬rah pertama percontohan di In-donesia, termasuk dari negara te¬tangga Malaysia,” ungkap Iwa¬ta San lewat penerjemah. Sebelum ini, kata dia, TTC Je¬pang telah kerja sama dengan Ta¬nahdatar dalam penerapan ja-ringan wireless menggunakan to¬wer yang menghubungkan 7 lo¬ka¬si yaitu Radio Pemkab, Di-nas Ke¬sehatan, Puskesmas Li¬ma Kaum I, Puskesmas Sungaita¬rab II, Puskesmas Pagaruyung, Per¬¬pustakaan Gunung Bungsu, dan SMA I Batusangkar. Kemu¬dian, me¬ngintegrasikan data ke¬se¬hatan 3 Puskesmas dengan Di¬nas Ke¬se¬ha¬tan menggunakan apli¬¬kasi Sis¬tem Informasi Kese¬hatan. Kedatangan mereka kali ini di¬dampingi tiga wakil dari Ma¬lay¬sia yakni Dr Fitri Soraya M¬u-hammad, Farina Osman dan Ng Koh Fih dari University Serawak Ma¬laysia (Unimas). Bupati Ta¬nah¬¬datar Shadiq Pasadigoe me¬nyambut baik tawaran kerja sa¬ma tersebut. ”Saya mendukung program yang ditawarkan tersebut agar bisa membangun ICT Training Cen¬tre di Pagaruyung,” kata Sa¬diq. Pihaknya siap membantu ter¬laksananya seluruh proyek ter¬sebut untuk meningkatkan SDM bidang IT di Tanahdatar. “Pihak TTC juga dapat mem¬be¬ri¬kan pembinaan bagi staf di ling¬-kungan pemkab seperti di¬klat tambahan baik di dalam mau¬¬pun luar negeri, sehingga pe-ngembangan sarana dan pra¬sarana ICT didukung SDM me¬madai,” harapnya. Dalam rangkaian kunjungan ter¬sebut direktur TTC Jepang di¬dampingI Bupati Tanahdatar juga melihat pelaksanaan kegia¬tan Teknologi informasi di SD Ba¬tusangkar, Puskesmas Lima Kaum, SMK Bukitgombak dan juga melakukan pertemuan dengan Pimpinan SKPD, Kepala Sekolah dan Siswa SLTP Batu¬sangkar. (mal)

Baca Selengkapnya..

Jumat, 15 Juni 2012

Menjual ‘Pusako Tinggi’ Hukumnya Haram

TANAHDATAR – Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Provinsi Sumbar, HM. Sayuti Dt. Rajo Pangulu menegaskan, Kerapatan Adat Nagari (KAN) merupakan penguasa dalam nagari. Kepada pengurus KAN dituntut agar bisa me nyelesaikan setiap persoalan di nagari dengan bijaksana. “Perlu saya informasikan, kalangan ulama telah menye pakati, menjual tanah yang berstatus sebagai pusako tinggi, hukumnya haram. Tanah itu hanya boleh diman faatkan, tidak untuk diper dagangkan,” ujar Sayuti, Selasa (12/6), saat memberi arahan pada penilaian KAN berprestasi tingkat Sumbar di Nagari Barulak, Kecamatan Tanjung Baru. Dt. Pangulu hadir di na gari itu dalam kapasitasnya sebagai ketua tim penilai KAN berprestasi tingkat Sum bar. Nagari Barulak dinilai oleh tim mewakili Kabupaten Tanah Datar. Masih seputar urusan tanah, tegasnya, KAN juga diminta untuk memperha tikan kondisi tanah pusako tinggi yang ada di wilayah kekuasaannya. Siapa yang punya lahan tidur dan tidak pula diserahkan kepada pi hak lain untuk digarap, ucap nya, maka perbuatan itu termasuk kepada perbuatan tercela. Selain menyangkut harta pusako tinggi, Dt. Pangulu juga meminta kepada para niniak mamak untuk mem perhatikan persoalan moral anak nagari. Pasalnya, dam pak globalisasi yang demi kian besar, akan dapat ber pengaruh signifikan terhadap tataran moral anak kemenakan. “Kini cara berpakaian anak cucu kemenakan kita sudah mulai merisaukan. Lebih payah pula melihat pusar kerbau dibanding pu sar anak gadis yang sudah tersingkap di mana-mana, tak peduli di tempat-tempat keramaian,” katanya. Berbicara soal kian marak nya pemekaran nagari seba gai pemerintahan terendah di Sumbar beberapa waktu belakangan, Dt. Pangulu me nyebut, kekuasaan walina gari selaku pemerintahan di nagari, berbeda dengan ke kuasaan yang dimiliki KAN selaku pemilik nagari. “Bila pemerintahan na gari dimekarkan, maka tidak serta-merta KAN-nya juga dimekarkan. Kalau meruyak pula tradisi pemekaran KAN, suku dan niniak mamak, maka jelas itu sangat ber bahaya bagi kelangsungan eksistensi Minangkabau se bagai sebuah tataran kebudayaan di ranah ini,” jelas dia. Dt. Pangulu sangat me mujikan, bila di suatu nagari, walinagarinya justru akan lebih baik jika menyandang status sebagai penghulu. Tentu akan sangat berba haya, tambahnya, bila se seorang yang terpilih memim pin nagari adalah orang yang telah melalangbuana di pe rantauan, lalu kembali ke kampung memanfaatkan hari tuanya, tanpa mengenal persoalan adat yang ada di nagari. Guna menjamin kelang sungan pelaksanaan tataran adat Minangkabau, beliau menghimbau kepada sege nap pengurus KAN agar me nyatukan sikap dalam meng hadapi perubahan. Ke depan, tuturnya, peran ninik mamak yang terhimpun di dalam wadah KAN akan semakin penting.(211)

Baca Selengkapnya..

TTC DAN TANAH DATAR MELANJUTKAN KERJASAMA PENGEMBANGAN IT

Pengembangan ICT (Information Communication Technology) di Kabupaten Tanah Datar akan lebih ditingkatkan dengan adanya kerjasama dengan TTC (The Telecommunication Technology Committee) Jepang. Hal ini ditandai dengan pembicaraan antara Bupati Tanah Datar M.Shadiq Pasadigoe dengan Dr. Hideyuki Iwata (Director Promotion TTC), Kamis 14 Juni 2012. Pada kesempatan tersebut Dr. Iwata mendiskusikan bentuk kerjasama ke depan dengan Tanah Datar. TTC berharap akan dapat membentuk sebuah ICT Training Center di Tanah Datar yang dapat mengakomodir kebutuhan Pemerintah kabupaten serta masyarakat dalam hal pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi serta mengadakan pelatihan. Bupati Tanah Datar sangat menyambut baik rencana tersebut, “Saya akan memfasilitasi pengembangan TIK di Tanah Datar, silakan pihak TTC mengkaji lebih dalam poin-poin apa yang diperlukan di Tanah Datar, sejauh hal ini untuk kebaikan masyarakat akan saya dukung”. Ditambahkan bupati, kerjasama yang sudah dimulai sejak tahun 2009 dengan TTC sangat bermanfaat terutama dengan adanya fiber optik yang telah dimanfaatkan untuk jaringan online. Kedatangan TTC kali ini sekaligus membawa Ibu Dr. Fitri Suraya Mohamad, dosen dari Unversiti Malaysia Serawak (Unimas Malaysia) yang juga telah bekerjasama dengan TTC dalam hal pengembangan e-education di Kuching, Malaysia. Dr. Fitri serta Dr. Iwata berkesempatan mendemonstrasikan proyek TTC tersebut di hadapan Bupati Tanah Datar, Kepala SKPD serta guru-guru TIK dan perwakilan siswa SD, SMP dan SMA se-Kabupaten Tanah Datar di Aula Kantor Bupati Tanah Datar sore Kamis tersebut. Kadishubkominfo Ir. Daryanto Sabir, M.Si., yang ikut mendampingi Bupati Tanah Datar menyampaikan bahwa sebagai SKPD yang membidangi pengembangan TIK tersebut akan terus menindaklanjuti kerjsama ini. (Era, Rui DishubKominfo)

Baca Selengkapnya..

Senin, 11 Juni 2012

TANAH DATAR AKAN PUNYA HOTEL BERBINTANG, KOTO BARU CONDOTEL AKAN DIBANGUN DI KOTO BARU X KOTO

Untuk menunjang program pariwisata di kabupaten Tanah Datar akan dibangun Hotel Berbintang di Koto Baru X Koto, sebagai tahap awal pihak pengembang B.Dt.Jono Sati Direktut PT.Riad Group Indonesia lakukan sosialisasi pendirian hotel berbintang kepada masyarakat nagari Koto Baru kecamatan X Koto, Jumat (8-6) di aula kantor Wali Nagari Koto Baru. Sosialisasi rencana pendirian hotel berbintang itu selain masyarakat setempat juga dihadiri Asisten II Setda Ir.Helfi Rahmi Harun, Kepala Bappeda Mansur Samin SH, Veri dari Kantor LH, Camat X Koto Drs.Alfian Fikri dan undangan lainnya. Rencana pembangunan hotel berbintang tersebut disambut antusias yang sangat positif oleh masyarakat setempat. Direktur PT.Riad Group Indonesia B.Dt.Jono Sati yang berasal dari Koto baru Solok ini juga sangat berharap kepada Pemda tanah datar dan masyarakat X Koto untuk mendukung pembangunan hotel ini, karena di Tanah Datar sangat dibutuhkan hotel yang memenuhi standar international untuk menyambut tamu-tamu yang ingin menginap di Tanah Datar. Hotel ini direncanakan didirikan disamping Talago Koto Baru yang nantinya juga akan dijadikan sarana pariwisata, hotel yang direncanakan 10 lantai ini berkapasitas 200 kamar yang ukurannya cukup luas yaitu 40 meter masing-masing kamarnya, sampai selesai akan menelan biaya sekitar Rp.100 milyar. Hotel ini juga punya ruang pertemuan berkapasitas 500 orang, punya kolam renang, dan fasilitas lainnya. Pihak pengembang juga berjanji akan memakai tenaga kerja setempat sesuai dengan kemampuan dan skil masing-masing, mulai dari pekerjaan awal sampai nantinya untuk karyawan hotel. Disamping itu pada objek wisata Talago juga akan dilengkapi dengan sarana dan prasarana wisata air, kepada nagari juga dijanjikan akan diberikan bantuan 20 buah Kereta Air yang akan dikelola oleh pemuda setempat. Nagari Koto Baru yang sangat berpotensi dengan pertaniannya juga akan dikembangkan, hasil pertanian masyarakat juga dapat dipasarkan pada hotel sesuai kebutuhan. Asisten II Helfi Rahmi Harun dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada investor yang akan membangun hotel berbintang di Koto Baru ini, dengan berdirinya hotel ini nantinya akan membawa dampak positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat sekitarnya. Kepada infestor diharapkan dapat menyelesaikan segala bentuk perizinan dan kajian dampak lingkungan, sehingga tidak menjadi masalah dikemudian hari, kepada infestor juga diharapkan untuk dapat memakai tenaga kerja setempat. Harapan yang sama juga disampaikan kepala Bappeda Masyur Samin SH, dengan berdirinya hotel ini nanti juga akan berdampak kepada pembangunan disekitarnya. (Humas).

Baca Selengkapnya..

Kamis, 07 Juni 2012

PEJABAT TANAH DATAR HAMILI JANDA

Batusangkar, Padek—Seo¬rang pejabat Kantor Ling¬kungan Hidup Tanahdatar berinisial AS, dituduh meng¬ha¬mili bawahannya. Karena tak mau bertanggung jawab, ibu beranak dua itu me¬la¬por¬kan kasus asusila tersebut ke Bupati Tanahdatar. Kini, kasus tersebut sudah ditangani in¬spektorat setempat. Bupati Tanahdatar Shadiq Pasadiqoe yang dihubungi Padang Ekspres, kemarin (4/6), membenarkan kasus per¬selingkuhan atasan dan ba¬wa¬han itu sudah diproses di inspektorat. “Sekarang sedang diproses. Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya,” ujarnya singkat. Wid adalah janda beranak dua; satu putra dan satu putri. Sehari-hari, Wid hanyalah seorang ibu rumah tangga. Sebelum meninggal beberapa tahun lalu, suaminya bekerja di Kantor Lingkungan Hidup. Lantaran uang pensiun sua¬minya tak cukup menutupi biaya sekolah dua anaknya, Wid sering mengeluh ke¬ku¬rangan biaya pada bekas ata¬san suaminya, Marwan. Atas persetujuan Bupati, Wid diterima sebagai pegawai ha¬rian lepas di bekas kantor sua¬minya Kantor Lingkungan Hidup. Saat dikonfirmasi, kemarin (4/6), Marwan mengakui Wid memang bekerja di Kantor LH sejak beberapa bulan lalu, yaitu sejak suami Wid me¬ninggal dunia. “Saya me¬ne¬ri¬ma Wid bekerja di Kantor LH, sehubungan ada dua anak yatim yang masih mem¬bu¬tuh¬kan biaya, ditambah lagi pe¬kerjaan cukup banyak di Kan¬tor LH. Atasan langsungnya adalah AS,” terang Marwan. Pada April 2012 lalu, jelas Marwan, Wid muntah-muntah dan pucat. Kondisi fisiknya menurun. “Suatu hari dan tanggalnya saya lupa, Wid memberanikan diri masuk ke ruangan saya. Setelah me¬ngetuk pintu dan diper¬si¬lah¬kan masuk, saya tanya apa ma¬salahnya. Waktu itulah Wid mengatakan sudah digauli atasannya beberapa kali sam¬pai hamil,” ujarnya. Mendengar pengakuan Wid, Marwan marah besar. Tapi, dia menahan diri karena AS sudah berumur lanjut. “Setelah Wid keluar, saya pang¬gil lagi AS sebagai atasan langsung Wid. Waktu itu AS membantahnya, namun hasil dari rumah sakit sudah diperlihatkan oleh Wid bahwa dia hamil. Melihat ada bukti Wid ha¬mil, AS pucat, kemudian disa¬ran¬kan untuk diselesaikan se¬cara kekeluargaan, namun ke¬luarga AS tidak terima,” ujar¬nya. Karena diperlakukan tidak adil, Wid akhirnya membuat pengaduan pada Bupati Ta¬nah¬datar, tembusannya pada Kantor Lingkungan Hidup. “Se¬karang kasusnya sudah be¬rada di Inspektorat Pemkab Ta¬nahdatar. Kedua belah pi¬hak akan dimintai kete¬ra¬ngan¬nya, baik si pelapor maupun terlapor,” kata Marwan. (ztl)

Baca Selengkapnya..

Senin, 04 Juni 2012

Meriam Usia 222 Tahun di Batusangkar

DI BENTENG (fort) Van der Capellen Batusangkar tegak kokoh menantang dua buah meriam yang sedang mendongakkan muncungnya. Seakan-akan mereka menyambut kedatangan tamu karena keduanya berdiri tepat di kiri kanan pintu masuk benteng. Sepintas penampilannya seperti meriam biasa saja yang juga ada di benteng-benteng lain, tapi setelah diperhatikan dengan cermat ternyata ada tanda-tanda khusus. Di bagian belakangnya tertulis angka 1790 tahun pembuatan meriam tersebut, yang berarti telah berusia 222 tahun pada tahun 2012 ini. Kemudian juga terdapat tulisan VOC lengkap dengan lambangnya yang menyatakan bahwa meriam tersebut dibuat dan didatangkan semasa VOC berjaya. VOC sing¬katan dari Vereenigde Oostindische Campagnie adalah perserikatan perusahaan dagang Hindia Timur yang didirikan oleh kolonialis Belanda pada 20 Maret 1602. Perserikatan yang beroperasi tahun 1602 hingga 1799 ini memberi dampak yang sangat besar bagi bangsa Indonesia yang sedang terjajah ketika itu, terkenal kejam dan menindas. Jadi kedua meriam tua itu adalah peninggalan VOC, sedangkan bentengnya dibangun tahun 1823. Kedua meriam kuno itu tidak lagi punya roda seperti beberapa meriam peninggalan Belanda yang dapat dipindah-pindah, tetapi sudah dipasang permanen ke beton berbatu. Menurut cerita masyara¬kat sekitar benteng bahwa beberapa puluh tahun lalu meriam tersebut masih dimanfaatkan untuk membuat bunyi letusan sebagai tanda masuknya waktu berbuka puasa Ramadhan dengan memakai mesiu. Kini hanya sebagai pajangan saja yang menghiasi benteng Van der Capellen yang terletak strategis di pusat kota dan pada tempat ketinggian itu. Benteng Van der Capellen terlet¬ak berdekatan dengan gedung Indo Jolito yang dulunya sebagai ke¬diaman controleur Belanda untuk wilayah Minangkabau pedalaman dan tidak jauh pula dari bangunan tangsi Belanda di Parak Jua. Ketiga gedung bersejarah yang termasuk benda cagar budaya ini dibangun mulai tahun 1822 hingga 1824 ketika penguasanya Kolonel Raff dan sewaktu terjadinya Perang Paderi. Benteng ini telah direhab oleh Balai Pelestarian Peninggalan sejarah Purbakala (BP3) Kemen-trian Pariwisata dan Industri Kreatif yang wilayah kerjanya meliputi Sumbar, Riau dan Kepri dan kantornya di Batusangkar. Kini benteng tersebut telah terlihat megah, apalagi halamannya juga sudah direhab pula oleh Kementrian PU melalui Dinas PU Propinsi Sumatera Barat. Benteng Van der Capellen saat ini selain sebagai kantor Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Tanah Datar, juga digunakan untuk aktifitas seni dan budaya serta sebagai pusat informasi pariwisata (tourism information centre). Di sini juga telah dikelola sebuah museum kecil yang menampilkan berbagai data sejarah Minangkabau dan perjuangan masa lalu. Sejak didirikan oleh Belanda 189 tahun yang lalu, benteng ini telah digunakan untuk berbagai macam aktifitas. Di sini pernah markas tentara Belanda, markas tentara Jepang, kantor BKR dan TKR, markas Batalyon 439 Diponegoro dan markas Kepolisian RI. Bahkan juga pernah digunakan untuk kampus Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang merupakan cikal bakal IKIP Padang pada tahun 1950-an. Apabila anda ke Batusangkar, maka sempatkan juga untuk mampir ke Benteng Van der Capellen yang bersejarah ini. Bila ingin tahu sejarah Minangkabau dan sejarah perjuangan melawan Belanda, maka juga ada beberapa data di sana. Begitu pula informasi tentang kekayaan budaya dan poteni pariwisata. Atau sekurang-kurangnya anda ingin menghirup udara segar sambil beristirahat di bawah pohon beringinnya yang juga sudah berusia lebih dari satu abad. Selamat berkunjung ! (Alfian Jamrah)

Baca Selengkapnya..

Ulat Bulu Serang Tanahdatar

Batusangkar , Padek—Lama tak terdengar, kini ulat bulu malah menjalar Tanahdatar. Ulat bulu itu menyerah perkebunanan mas¬yarakat Jorong Kototuo, Nagari Salimpaung. Sampai saat ini sudah sekitar 1,5 ha tanaman perkebunanan dise¬rang. Sekitar 5,5 ha lagi terancam diserang. Camat Salimpaung Riswandi menyebutkan, ulat bulu diketahui men¬yerang lahan warga sekitar 5 hari lalu di Jorong Kototuo. Tanaman petani yang dise¬rang itu pada umumnya cas¬sia¬-vera, al¬pokat dan cokelat. Daun ta¬na¬man habis dimakan ulat. Diper¬kirakan tanaman cokelat yang diserangnya men¬capai 320 batang. Ulat bulu yang menyerang berwarna merah. Ukurannya sekitar 3,5 cm. Darahnya juga ter-sebut berwarna merah. Berbeda dengan warna darah ulat pada umumnya yang hijau.¬ Sebelum terja¬dinya serangan itu, terlihat pu¬luhan ribu kupu-kupu migran warna kuning. Ukuran rentang sayap 5 cm dan hinggap di lokasi perkebunan masyarakat. “Kita melakukan pengen¬da¬lian bersama dengan masyarakat dengan melakukan pen¬yem¬pro¬tan dengan insektida Jenis Best-ox 50 EC. Jenis ulat itu sudah kita ambil sampelnya dan sudah di¬kirim ke Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hor¬tikul¬tura Sumbar di Padang,” ujar Edi. (*)

Baca Selengkapnya..