Rabu, 09 Mei 2012

Pilu Saat Pemakaman Iswandi

Selasa (8/5) siang, kabut menutupi langit Batusangkar. Kendati cahayanya mampu menembus kabut itu, namun mentari seakan enggan menampakkan wajah. Duka yang menyungkupi keluarga korban ledakan pertamini, Senin (7/5), seakan menghalangi langkah sang surya menghantar keceriaan. Suasana mendung dan berkabut, terasa semakin menjadi-jadi tatkala memasuki Jorong Nan Sambilan, Nagari Pagaruyuang. Sebuah rumah yang terletak sekitar 100 meter dari pertigaan prasasti batu bersurat terlihat lengang. Ratusan kendaraan roda dua dan empat, terlihat berjejer di kiri kanan jalan, termasuk di pekarangan tetangga. Rumah yang nampak lengang itulah, milik orangtua Iswandi (37), lelaki yang meninggal dunia akibat luka bakar. Iswandi terkena percikan api akibat ledakan pertamini (pompa pedagang bensin eceran) milik Mangkuto, di Jorong Padang Data, Pagaruyung, Senin malam. Prosesi pemakaman jenazah almarhum, pagi itu sedang berlangsung, hanya beberapa meter dari rumah duka. Mata-mata sembab pelayat, seakan turut memberi simpati dan duka mendalam, mengantar jenazah korban. Terlihat dalam kerumuman itu, sang istri tercinta Fitriani (36), seraya memeluk putra-putrinya: Azis, Ravi, Sintia dan Rosmi. Kelima insan itu seakan tak kuasa menahan duka. Mereka ditinggal selamanya. Ratusan pelayat juga turut mengantar jenazah almarhum ke pandam pekuburan keluarga. Terlihat pula di antaranya Bupati Tanah Datar M. Shadiq Pasadigoe, Ketua DPRD Zuldafri Darma, sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Tanah Datar dan lainnya. “Tak ada firasat apapun. Tidak ada hal-hal yang mencurigakan sebelum beliau berpulang ke Rahmatullah. Semoga Allah menempatkan almarhum di tempat yang mulia di sisi- Nya,” ucap Fitriani, singkat. Direktur RSUD Ali Hanafiah, Ermon Revlin menyebut, petugas medis telah berupaya keras menyelamatkan nyawa korban, sesuai dengan standar yang berlaku. Luka bakar hampir mengenai seluruh tubuh korban. Ditaksir mencapai 75 persen. Akibatnya, korban mengalami kekurangan cairan tubuh yang cukup besar serta sulit untuk bernafas. Iswandi meninggal dunia sekitar pukul 23.45 WIB, Senin (7/5). Prosesi pemakamannya selesai sekitar pukul 12.00 WIB, Selasa (8/5). Bupati M. Shadiq Pasadigoe meminta kepada segenap keluarga korban, terutama istri dan anak-anaknya, bisa tabah menghadapi musibah. Pada kesempatan itu, Shadiq juga memberi santunan berupa uang tunai Rp2,5 juta kepada keluarga korban yang diserahkan langsung kepada Fit. Harapan agar keluarga korban tabah menghadapi ujian ini, juga diutarakan Ketua DPRD Zuldafri Darma. Alim Sang istri Fitriani (30) membawa empat orang anaknya masih kecil-kecil ke dekat sang ayah yang sudah kaku di rumah sakit. Fitriani dan anak-anaknya pun hanya bisa menangis dan mengucapkan, “Astaghfirullah Alazzim, Laillahaillalla. Siapa lagi yang akan memberikan perhatian kepada anak-anak?” Sementara itu, Bupati M Shadiq Pasadigoe bergegas melihat kondisi almarhum Riswandi yang baru saja dikabarkan meninggal dunia. Dalam keadaan galau Shadiq langsung meluncur ke arah Fitriani membujuk istri dan anak-anak agar tabah dan tawakal menghadapi cobaan ini. Fitriani dan anak-anaknya bukannya berhenti menangis, tapi tangisnya semakin kuat. “Siapa lagi yang akan memperhatikan anak-anak dan membelanjakan setiap hari?” Almarhum merupakan sosok laki-laki bertanggungjawab terhadap isteri, anak dan keluarganya. “Di samping alamarhum bertanggung jawab, ia juga pria yang taat beribadah. Dia sangat benci meninggalkan shalat,” tekan Fitriani. Ketika terjadi kebakaran pertamini milik Mangkuto di Jorong Padang Datar, Pagaruyung, jarum jam menunjukkan waktu Magrib. Ketika itu Riswandi sedang asyik bermain-main dengan keempat anaknya, Sintia (12), Rahmi (11), Afi (9) dan Azis (5) Walau anak-anak Riswandi ingin melihat kebakaran tersebut, tapi dihalangi Riswandi “Untuk apa kita melihat kebakaran itu, yang paling penting kita melakukan Shalat Magrib. Kita kan akan mati nantinya,” tutur almarhum sebagaimana ditirukan Fitriani. Usai shalat Riswan menghilang dari rumah. Sekitar pukul 19.45 WIB diterima kabar, tubuh Riswandi terpanggang akibat kebakaran Pertamini milik Mangkuto. Dua hari sebelum meninggal, Riswandi sangat sayang kepada anak-anaknya. Selalu mengingatkan saya dan anak-anak agar tidak meninggalkan shalat. Malah ketika sedang kritis di bangsal RSU Batusangkar, menurut pengamatan saya dia sedang Shalat Isya,” katanya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar