Selasa, 15 Mei 2012

Belum kering Air mata d tanah Pagaruyung

Air mata belum kering dari bumi Pagaruyung. Rangkaian kesedihan akibat ledakan pertamini, kios bensin milik pedagang eceran, Senin (7/5) pekan lalu terus berlanjut Di hari ketujuh pascamusibah, korban meninggal bertambah dua lagi lagi. Delon Aldi (12), yang telah sepekan dirawat RS M. Djamil, Padang, Senin (14/5), berpulang ke Rahmatullah memenuhi panggilan Yang Maha Kuasa sekitar pukul 06.30 WIB. Dia meninggal karena luka bakar yang dialaminya di atas 50 persen, pada malam kejadian, Delon langsung dirujuk ke Padang. Dengan demikian, tercatat tiga korban meninggal dari 57 korban yang dirawat di tiga rumah sakit: RSUD Ali Hanafiah Batusangkar, RSUP Achmad Muchtar Bukittinggi dan RSUP M. Djamil Padang. Baru saja usai pemakaman Delon di Jorong Mandailiang, Nagari Pagaruyuang, kabar duka kembali berhembus. Suwarji (38), warga Nan Ampek, yang dirujuk ke RS Achmad Muchtar, menghembuskan nafas penghabisan sekitar pukul 13.45 WIB. Air mata yang sebelumnya sudah membasahi pagaruyung kembali tumpah. “Pada Sabtu (12/5), Delon taragak ingin bersua teman karibnya di sekolah, yakni Muhammad Riski Al-Faris, Fahrul, Yogi, dan Nandi. Nama yang disebut terakhir, hingga kemarin masih menjalani perawatan di RS Ali Hanafiah Batusangkar,” terang Kepala SD Negeri 01 Mandailing, Thamrin R kepada Singgalang, Senin (14/5), di sela-sela penyelenggaraan jenazah Delon. Dari keempat sahabat yang dikangeni Delon, Hanya Al-Faris yang sempat bersua dengannya. Dengan diantar orangtuanya Ermayeni dan Walijorong Mandailing Ujang, Al-Faris sempat bercengkerama dengan sahabatnya di ruang perawatan M. Djamil. “Dia nampak sehat-sehat saja. Delon terlihat cerah. Ceria. Makannya pun terlihat sudah enak. Tidak disangka sama sekali, kalau rasa rindu bertemunya itu adalah isyarat Delon akan menghadap Allah,” ucap Alfrais. Pengakuan Faris dan kepala sekolah mereka, Delon adalah anak yang lincah. Dia mudah bergaul dan disenangi banyak teman dan guru. Kalau sudah bersama teman-teman sebaya di sekolah, sebut Thamrin, Delon selalu berhasil membangun kegembiraan. Hobinya, kata dia, bermain bola dan bermain sepeda. Dirawat intensif Pejabat Pemberi Informasi RSUP M Djamil Padang, Gustafianof, keadaan Delon kian memburuk beberapa hari terakhir. Kemarin Delon sempat sadar, namun tidak ada kemajuan pada luka bakar di tubuhnya. “Luka bakar di tubuhnya sekitar 65 persen. Keadaan diperparah karena dia menderita trauma inhalasi karena menghirup udara panas,” ujar Gustafianof. Trauma inhalasi membakar pada bagian tubuh siswa kelas V SDN 1 Lubay tersebut. Selama perawatan di M Djamil, dokter memberikan pengobatan resusitasi cairan guna mengganti cairan tubuhnya yang hilang. Pengobatan tersebut diberikan selama beberapa hari yang kemudian dilanjutkan dengan mengobati luka di tubuhnya. “Namun ternyata fungsi tubuhnya semakin menurun. Dia tidak bisa bertahan sampai pengobatannya sempurna,” ujar Gustafianof. Ibu Delon, Efyarti mengatakan, selama seminggu dirawat anaknya tak mampu bicara. Delon merupakan anak Efyarti satu-satunya. “Selama dirawat dia tak bisa bicara. Kata dokter dia sadar, tapi tenaganya tidak ada. Terakhir bicara dengannya sebelum kejadian itu,” ujarnya. Di RS M Djamil ada 9 orang lagi yang masih dirawat akibat kejadian tersebut. Mereka adalah Doni Dafrizal (26), Bobi Elmensyah (11), Nusyirwan (43), Dirga (12), Taufik (12), Zul Ardi (19), Robert C (29)Indra Warman (48) dan Sondri A (26). Semua pasien memiliki luka bakar dari 30-70 persen, yang hingga kini masih mendapat perawatan. Dilepas Bupati Tanah Datar M. Shadiq Pasadigoe, saat melepas keberangkatan jenazah Delon ke peristirahan terakhir menyatakan rasa duka mendalam atas musibah yang menimpa warganya. “Semoga keluarga besar Delon diberin ketabahan dan kesabaran oleh Allah atas terjadinya musibah ini. Mari kita berdoa dan berupaya, semoga musibah serupa tidak terulang lagi. Saya meminta kepada segenap elemen masyarakat, turut mendukung upaya yang akan ditempuh pemerintah untuk menghindari kemungkinan terjadinya bencana berikutnya,” kata Shadiq yang terlihat sesekali menyeka mata dan hidung. Dikatakan, kendati Pemkab Tanah Datar tidak dapat membantu keluarga korban, terutama dalam memenuhi biaya selama mendampingi korban, namun pemkab tetap berupaya menjembatani dan mengkoordinasikan bantuan dari pihak-pihak ketiga. Khusus untuk biaya pengobatan, tegas Shadiq, pemkab telah menjamin. Shadiq mengakui, selama sepekan pascamusibah, berbagai bantuan terus mengalir kepada keluarga korban. Terakhir, sebut dia, bantuan diterima dari perantau Tanah Datar di Riau dan keluarga Besar Perantau Peduli Luhak nan Tuo di Jakarta. (Musriadi Musanif dan arif rizki)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar