Jumat, 20 April 2012

300 KK RAMBATAN MENGELUH



BATUSANGKAR, HALUAN — Sekitar 300 kepala keluarga (KK) di Jorong Panti Nagari Rambatan Kecamatan Rambatan, Tanah Datar kehilangan pasokan air bersih.
Pasalnya, hampir 35 hari pasokan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Alami Batusangkar untuk daerah itu tidak mengalir. Bahkan 700 orang warga tersebut harus menampung air hujan untuk keperluan sehari - hari.
“Kami sangat bergantung pada air PAM ini, jadi sangat menderita ketika air PAM mati. Kalau warga disini terus mengunakan air hujan, mungkin dalam hitungan minggu daerah kami akan terkena wabah penyakit,” ujar salah seorang Tokoh Masyarakat Panti Capril (46) kepada Haluan, Minggu (15/4).
Katanya, jika tanah didaerah ini banyak mengandung air, mungkin warga di sini tidak akan pernah berlangganan PDAM kalau akhirnya membuat warga menderita.
Sejak pasokan air bersih ini terhenti, lanjut Capril, warga terpaksa turun ke sungai yang cukup jauh dari pemukiman. Dalam sehari antrian puluhan warga akan terlihat seperti zaman penjajahan dulu jika ingin mandi harus menunggu sampai berjam jam. “Untung saja dalam minggu minggu terakhir ini hujan sering turun, sehingga kami dapat menam¬pungnya untuk kebutuhan dirumah, tapi sampai kapan kami harus minum air hujan ini? Tolong perhatikan juga hak kami yang membutuhkan perlindungan kesehatan,” tutur Capril.
Capril menyebutkan, masaalah ini sudah sering diadukan kepada pihak PDAM Tirta Alami baik yang di Kecamatan maupun yang di Kabupaten, mereka beralasan jika debit air kecil di jorong ini kecil.
”Kami tidak bisa menerima alasan PDAM yang mengatakan bahwa aliran air berhenti karena debit air kecil. Soalnya kalau memang debit air kecil, kenapa aliran air di Rambatan yang cukup tinggi daerahnya lancar lancar saja?” tambahnya.
Capril menambahkan, aliran air bersih dari PDAM ini mulai berhenti sejak awal Maret lalu dan hingga kini air yang menjadi kebutuhan utama sekitar 300 kk di Jorong Panti Rambatan belum mengalir sama sekali.
”Kita minta pihak PDAM Tirta Alami konsisten dalam pelayanan terhadap masyarakat, masa iya sampai satu bulan lebih kami dibiarkan sampai kekeringan? Padahal tagihan air 300 kk disini selalu dibayarkan tepat waktu, pengaduan kami seperti angin lalu saja,” tutur Capril.
Lain halnya dengan Ibnu (15) siswa salah satu SLTP di Rambatan, ia mengaku jika setiap pagi tidak pernah mandi berangkat ke sekolah lantaran dirumahnya tidak ada.
”Jan kan untuak mandi lai pak, untuak cebok se lah payah, ancaklah ba hemat aia sarik ko lai, (jangankan untuk mandi pak, untuk cebok saja susah, lebih baik hemat air dalam keadaan susah ini),” ucap Ibnu.
Sementara itu, pihak PDAM Tirta Alami Batusangkar ketika ingin dikonfirmasikan Haluan, terlihat staff PDAM yang berkantor di Limo Kaum menyebutkan, “Sebaiknya bapak tanya saja langsung ke warga yang melaporkan air mati itu, kami disini tidak tahu kalau air di Panti itu sudah masuk atau belumnya pipa PDAM,” ujarnya berlalu meninggalkan mejanya. (h/doy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar