Jumat, 07 Desember 2012

Cita-cita Kandas, Dana Berobatpun tak Jelas

Rahmi Fitriani, Penderita Lupus dari Parambahan Tak terbayangkan sedikitpun oleh Djabir,60, warga Jorong Tiga Batua, Nagari Parambahan Kecamatan Lima Kaum, bahwa buah hatinya Rahmi Fitriani,18, divonis penyakit Lupus. Keinginan untuk menggapai cita-citapun akhirnya kandas. Rahmi pun terbaring lemas. Rahmi Fitriani adalah anak pintar di sekolahnya baik saat di MTsN Sungai Jambu maupun saat masuk ke SMK Karya Pa¬dang¬panjang. Bahkan di SMK Pa¬dangpanjang ini Rahmi juga sempat meraih juara umum. Rahmi begitu optimistis dalam menatap dan merangkai masa depannya di sekolah. Gadis de¬ngan senyum manis ini sangat ber¬tekad ingin menjadi tulang punggung keluarganya kelak. Namun, keceriaan dan ke¬op¬timisan Rahmi mendadak redup, disaat dirinya mulai meraskan sakit lemas, tidak ada tenaga, se¬luruh organ sakit. Guru-gurunya juga ikut membantu biaya pe¬ngo¬batannya tapi karena sering sakit dan pingsan mendadak dan ba¬dan lemas dan tidak bertenaga lagi akhirnya anaknya terpaksa tidak sekolah. Kandaslah se¬ko¬lahnya. Orangtuanyapun berupaya mengobati Rahmi dari alternative maupun berobat ke rumah sakit. Dan, bak petir di siang bolong, vonis Lupus pun di alamatkan ke Rahmi. Kendati Djabir ayah Rah¬mi hanya bekerja sebagai buruh dengan upah satu hari hanya sebesar Rp 40.000. Tapi apa daya, sebagai orangtua,dia harus terus berjuang memberikan se¬ma¬ngat kepada anaknya Rahmi Fitriani untuk bisa pulih. Berbagai upaya terus dilakukannya. Berbagai upaya lain juga telah dilakukannya mengobati anaknya bahkan ketika waktu diperiksa ke RS M Hanafiah Batusangkar, pernah diminta untuk memeriksa darah anaknya ke Bukitinggi dan waktu dibawa ke Bukit¬ing¬gi,dok¬ter di sana, ujar Djabir lagi, meminta untuk dilakukan tes darah ke Jakarta. Mendengar ke Jakarta akhirnya mereka pulang kem¬bali. Jangankan untuk ke Ja¬karta, untuk makan biaya se¬ha¬ri hari saja mereka sudah susah. Namun para petugas di sana menyarankan kepadanya apapun permintaan anaknya dituruti termasuk keinginan besarnya kembali ke sekolah. Dan saran dari petugaspun mereka ikuti juga apalagi setelah sampai di rumah, anaknya ingin sekolah lagi. Akhirnya anaknya mereka masukan ke SMK Payakumbuh karena kebetulan kakaknya ada di Payakumbuh. Tapi itupun hanya berapa bulan, sakitnya kambuh lagi. Sehingga anaknya pun tidak sekolah lagi. Berbagai upaya terus dilakukan namun sang buah hati masih belum sembuh dan kini buah hatinya tersebut dirawat di RSU M Hanafiah Batusangkar. Meski dokter sudah memin¬tanya untuk membawa anaknya ke Padang untuk berobat, walau-pun dia pemegang Jamkesda tapi untuk membawa anaknya ke Pa¬dangpun dia tidak punya biaya. Apalagi untuk makan sehari-haripun mereka terpaksa makan nasi sebungkus berempat tiap hari, belum lagi kondisi anak anaknya yang masih sakit dan kadang kadang prilaku buah hatinya seperti anak-anak karena tidak tahan terhadap sakit yang dideritanya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar