Jumat, 30 November 2012

Empat Makam Keramat Beri Isyarat Bencana

TANAH DATAR – Nagari Sumaniak memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Beragam potensi kesejahteraan tersebar di segenap pelosok nagari. Menariknya, di nagari ini juga terdapat empat makam keramat yang diyakini bisa memberi isyarat bila akan tiba bencana. “Masyarakat meyakini, bila muncul suara manggaga (bahasa Sumaniaknya manggogo) dari salah satu makam keramat itu, lalu disahut pula oleh makam keramat yang lain. Itu merupakan isyarat akan ada bencana, misalnya kebakaran, galodo, gempa bumi dan bencana alam lainnya. Orang yang mendengar suara manggaga itu pun tidak tetap,” terang Walinagari Sumaniak, Mulyazen, didampingi sejumlah perangkat pemerintahan nagari, kepada Singgalang kemarin, di ruangan kerjanya. Kendati keyakinan itu berbau tahyul, namun menurutnya, dari beberapa kali peristiwa bencana alam, sejumlah warga melaporkan memang mendengar suara manggaga yang saling bersahutan dari satu makam keramat ke makam keramat lain yang letaknya terpisah. Makam keramat itu terdapat di Bukik Selo, Bukik Kociak dan kuburan keramat Datuak Sitapuang. Selain empat makam keramat, di Nagari Sumaniak juga terdapat potensi cagar budaya lain, di antaranya makam Haji Sumaniak, seorang ulama terkenal di zaman Padri. Di Sumaniak juga terdapat makam Makhudumsyah yang dikenal sebagai men- teri keuangan Pagaruyung. “Sebenarnya ada banyak potensi nagari ini yang belum digali dan dipandang sangat potensial untuk dikembangkan, baik untuk kepentingan pariwisata maupun objek kajian sejarah dan khazanah kebudayaan bangsa. Sebutlah misalnya soal rumah gadang, di nagari ini semuanya membujur dari Timur ke Barat,” sebut walinagari. Bila dilihat dari udara, tambahnya, rumah gadang itu terlihat tersusun rapi laksana manik-manik. Menurut legenda, jelas wali nagari, rumah gadang yang tersusun bagai manik-manik itulah yang menjadi asal mula nagari tersebut dinamai Sumaniak. Potensi wisata lain yang perlu digali adalah batu manangih, seni anak nagari yang mencakup randai, saluang, tari-tarian, dan silat. Begitu pula dengan prosesi upacara adat seperti batagak pangulu, turun mandi, sunatan dan alek atau upacara perkawinan. Akan semakin lengkap bila disebut pula khazanah kuliner khas Sumaniak, yakni randang belut dan sambalado tulang yang sudah kenal luas sampai ke mancanegara. Nagari Sumaniak dihuni sekitar 4.325 jiwa warga. Perantau Sumaniak dikenal sukses di berbagai kota di Indonesia. Jumlahnya jauh melebihi penduduk yang ada di kampung halaman. Khusus untuk yang bermukim di kampung, mata pencaharian utama mereka adalah bertani dan berkebun. Sumaniak memiliki luas sekitar 2.000 hektare yang terbagi ke dalam tujuh jorong, yaitu Piliang Laweh, Mandailiang, Piliang Sani, Koto Piliang, Guguak Tinggi, Guguak Manih dan Guguak Panjang. Visi nagari adalah mambangkik batang tarandam dengan asas syarak mangato adat mamakai dengan aplikasi adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah yang disikapi urang awak di kampuang awak untuak urang awak. “Misi utama nagari ini adalah membangun nagari secara fisik, spritual, dan budaya dengan memberdayakan tigo tungku sajarangan serta tokoh masyarakat untuk mencapai makmur, cerdas, agamis, serta berbudaya dan bersatu untuk bersama secara lahir,” sebut walinagari. (211)

,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar