Senin, 04 Juni 2012

Meriam Usia 222 Tahun di Batusangkar

DI BENTENG (fort) Van der Capellen Batusangkar tegak kokoh menantang dua buah meriam yang sedang mendongakkan muncungnya. Seakan-akan mereka menyambut kedatangan tamu karena keduanya berdiri tepat di kiri kanan pintu masuk benteng. Sepintas penampilannya seperti meriam biasa saja yang juga ada di benteng-benteng lain, tapi setelah diperhatikan dengan cermat ternyata ada tanda-tanda khusus. Di bagian belakangnya tertulis angka 1790 tahun pembuatan meriam tersebut, yang berarti telah berusia 222 tahun pada tahun 2012 ini. Kemudian juga terdapat tulisan VOC lengkap dengan lambangnya yang menyatakan bahwa meriam tersebut dibuat dan didatangkan semasa VOC berjaya. VOC sing¬katan dari Vereenigde Oostindische Campagnie adalah perserikatan perusahaan dagang Hindia Timur yang didirikan oleh kolonialis Belanda pada 20 Maret 1602. Perserikatan yang beroperasi tahun 1602 hingga 1799 ini memberi dampak yang sangat besar bagi bangsa Indonesia yang sedang terjajah ketika itu, terkenal kejam dan menindas. Jadi kedua meriam tua itu adalah peninggalan VOC, sedangkan bentengnya dibangun tahun 1823. Kedua meriam kuno itu tidak lagi punya roda seperti beberapa meriam peninggalan Belanda yang dapat dipindah-pindah, tetapi sudah dipasang permanen ke beton berbatu. Menurut cerita masyara¬kat sekitar benteng bahwa beberapa puluh tahun lalu meriam tersebut masih dimanfaatkan untuk membuat bunyi letusan sebagai tanda masuknya waktu berbuka puasa Ramadhan dengan memakai mesiu. Kini hanya sebagai pajangan saja yang menghiasi benteng Van der Capellen yang terletak strategis di pusat kota dan pada tempat ketinggian itu. Benteng Van der Capellen terlet¬ak berdekatan dengan gedung Indo Jolito yang dulunya sebagai ke¬diaman controleur Belanda untuk wilayah Minangkabau pedalaman dan tidak jauh pula dari bangunan tangsi Belanda di Parak Jua. Ketiga gedung bersejarah yang termasuk benda cagar budaya ini dibangun mulai tahun 1822 hingga 1824 ketika penguasanya Kolonel Raff dan sewaktu terjadinya Perang Paderi. Benteng ini telah direhab oleh Balai Pelestarian Peninggalan sejarah Purbakala (BP3) Kemen-trian Pariwisata dan Industri Kreatif yang wilayah kerjanya meliputi Sumbar, Riau dan Kepri dan kantornya di Batusangkar. Kini benteng tersebut telah terlihat megah, apalagi halamannya juga sudah direhab pula oleh Kementrian PU melalui Dinas PU Propinsi Sumatera Barat. Benteng Van der Capellen saat ini selain sebagai kantor Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Tanah Datar, juga digunakan untuk aktifitas seni dan budaya serta sebagai pusat informasi pariwisata (tourism information centre). Di sini juga telah dikelola sebuah museum kecil yang menampilkan berbagai data sejarah Minangkabau dan perjuangan masa lalu. Sejak didirikan oleh Belanda 189 tahun yang lalu, benteng ini telah digunakan untuk berbagai macam aktifitas. Di sini pernah markas tentara Belanda, markas tentara Jepang, kantor BKR dan TKR, markas Batalyon 439 Diponegoro dan markas Kepolisian RI. Bahkan juga pernah digunakan untuk kampus Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang merupakan cikal bakal IKIP Padang pada tahun 1950-an. Apabila anda ke Batusangkar, maka sempatkan juga untuk mampir ke Benteng Van der Capellen yang bersejarah ini. Bila ingin tahu sejarah Minangkabau dan sejarah perjuangan melawan Belanda, maka juga ada beberapa data di sana. Begitu pula informasi tentang kekayaan budaya dan poteni pariwisata. Atau sekurang-kurangnya anda ingin menghirup udara segar sambil beristirahat di bawah pohon beringinnya yang juga sudah berusia lebih dari satu abad. Selamat berkunjung ! (Alfian Jamrah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar